Gara-gara Ahok, Boy Sadikin keluar dari PDI-P

Jumat, 23 September 2016 | 09:16 WIB Sumber: Kompas.com
Gara-gara Ahok, Boy Sadikin keluar dari PDI-P


JAKARTA. Kamis siang (22/9), Boy Sadikin tergopoh-gopoh keluar dari rumahnya sambil menenteng selembar surat untuk DPD dan DPP PDI-P. Sebelum masuk mobilnya, Boy memberi tahu bahwa ia dan kawannya Denny Iskandar akan menuju rumah salah satu anak Presiden Soekarno.

Keluarga Soekarno dengan Ali Sadikin memang diakui memiliki hubungan baik setelah keduanya lama tutup usia.

Namun Pilkada DKI Jakarta 2017, membelah pilihan putri Soekarno, Megawati dengan putra Ali Sadikin, Boy Bernard Sadikin.

"Saya dibesarkan oleh PDI-P, saya harus hormatin itu makanya saya baik-baik kirim surat. Ya, mengundurkan diri karena sudah beda," katanya. Pengunduran diri Boy Sadikin dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menyusul keputusan PDI-P untuk mengusung petahana Basuki Tjahaja Purnama atau dan Djarot Saiful Hidayat.

Boy menuturkan serentet alasan mengapa ia tak bisa mendukung Ahok. Selain karena merasa bahwa Ahok bermain isu SARA dan mengeluarkan banyak kebijakan yang tak disetujuinya, Boy tersinggung dengan beberapa ucapan Ahok yang memojokkan ayahnya.

"Dia ribut sama JJ RIzal mengenai daerah resapan, dia bilang Ali Sadikin. Lah emangnya gubernur DKI cuma Ali Sadikin? Ada perubahan peruntukan mari periksa dong. Dia megang jabatan sebagai gubernur harus menanggung risiko. Dia tahu kan, dia bersedia menerima jabatan itu? Jadi enggak usah menyalahkan dong," katanya gusar.

Selain itu, Boy juga tersinggung soal ucapan Ahok soal keberadaan bir di Ibu Kota. Mengenai saham Pemprov DKI di PT Delta Djakarta (produsen dan distributor bir), Ahok mempersilakan agar hal itu ditanyakan kepada ayah Boy Sadikin.

"Nah dia enggak tau sejarahnya. Delta (PT Delta Djakarta) itu kan perusahaan Belanda, diambil alih dong oleh DKI. Dan bapak ambil saham untuk bisa mengontrol peredarannya," katanya.

Boy lantas meminta Ahok agar jangan mencari kesalahan pemimpin terdahulu. Sebab hal itu tidak pernah dilakukan oleh ayahnya selama 11 tahun menjabat gubernur.

Tak kurang dari 24 jam setelah PDI-P mendeklarasikan dukungannya untuk Ahok, Boy pun menyampaikan kekecewaannya ke calon penantang Ahok, Sandiaga Uno. Sandiaga yang tengah gundah menanti kepastian pencalonannya, membawa Boy untuk bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada Rabu sore (21/9).

Boy pun memutuskan untuk bergabung memenangkan Sandiaga Uno.

"Saya ditawarkan bantu, 'Oke Pak Sandi', Pak Prabowo nanya, 'Sudah Pak Boy, sekarang bagaimana?'" ucap Boy menirukan pembicaraan waktu itu.

Kerugian bagi PDI-P

Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin menilai pengunduran diri Boy Sadikin merupakan kerugian besar bagi PDI-P.

Maklum saja, Boy membangun namanya di DKI dimulai dari 1999 ketika PDI-P pertama dibentuk. Ia memulai kariernya dari bawah, hingga lama-lama mengakar di DKI.

Boy tercatat pernah menduduki kursi Wakil Ketua lalu Ketua DPC PDI-P Jakarta Selatan pada 2005. Pada Pilkada DKI 2012, Boy sempat ingin ikut dalam kandidat cagub dari PDI-P. Meski akhirnya hal itu batal dia lakukan.

Boy justru memilih untuk memenangkan Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI. Boy memilih tempat di legislatif, sempat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta.

Lalu pada 2014, ketika Jokowi akan melenggang ke kursi kepresidenan, nama Boy diusulkan untuk jadi wagub DKI Jakarta setelah Ahok menjabat gubernur. Ternyata, pada akhirnya Boy tidak jadi dipilih dan Djarot Saiful Hidayat yang kemudian mengisi kursi wagub.

Kemenangan PDI-P, baik ketika mengusung Jokowi sebagai Gubernur, lalu sebagai presiden, sekaligus kemenangan legislatif di Jakarta, tak lain karena andil Boy. Boy sendiri memilih aktif di partai, dengan mengalahkan cucu Soekarno yang juga keponakan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Puti Guntur Soekarnoputri, dalam Pemilihan Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta periode 2015-2020.

Namun kursi tersebut tak lama ia tempati. Ketidaknyamanan Boy di PDI-P terjadi semenjak Ahok makin kuat di Jakarta. Boy yang tidak kembali masuk menjadi bagian dari DPRD DKI di periode 2014-2019 masih aktif memantau fraksi PDI-P di DPRD, di mana sejumlah kebijakan fraksi yang mendukung Ahok, tidak sejalan dengan nuraninya.

Boy membantah bahwa keluarnya ia dari PDI-P lantaran sakit hati tak jadi diusung pada pilkada kali ini. Ia mengaku tak pernah sekalipun mengemis jabatan kepada partainya. PDI-P dinilai akan rugi besar dengan pengunduran diri Boy.

Bukan mustahil pengunduran diri Boy tersebut akan diikuti pengurus dan kader PDI-P lainnya yang selama ini dekat dengan Boy. Boy kemudian membantah akan mengajak teman-temannya.

"Kalau saya tidak ingat jasa PDI-P, saya bisa bilang ke teman-teman, 'Eh pindah ya'. Tapi saya enggak mau karena saya merasa dibesarkan oleh partai ini," ujarnya.

Boy sendiri untuk saat ini tak ingin langsung mendaftarkan diri ke Partai Gerindra. Ia mengatakan tak akan ikut pusing dengan pencalonan maupun koalisi.

"Netral dulu. Saya mau jadi orang bebas ya," katanya. (Nibras Nada Nailufar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru