Inflasi DKI Jakarta Mei 2018 relatif lebih tinggi inflasi nasional

Selasa, 05 Juni 2018 | 00:24 WIB   Reporter: Patricius Dewo
Inflasi DKI Jakarta Mei 2018 relatif lebih tinggi inflasi nasional

ILUSTRASI. Pasar tradisional


DATA INFLASI - JAKARTA. Memasuki bulan Ramadan, tekanan inflasi DKI Jakarta meningkat terkendali.  Tekanan inflasi lebih disebabkan oleh meningkatnya harga makanan jadi, dan perlengkapan rumah tangga.

Sementara itu, kenaikan harga untuk bahan pangan, transportasi, dan sandang relatif normal, bahkan cenderung lebih rendah dari pola historisnya. Dengan perkembangan ini inflasi bulan Mei 2018 mencapai 0,45% (mtm), sejalan dengan inflasi rata-rata satu bulan sebelum bulan Lebaran dalam tiga tahun terakhir (0,45% mtm).

“Namun, inflasi di DKI Jakarta pada bulan Mei 2018 relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,21% (mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,41% (ytd) atau 3,28% (yoy),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho dalam siaran persnya, Senin (4/6).

Dari sisi disagregasi, naiknya harga sebagian besar kelompok inti menjadi faktor utama pendorong inflasi Mei 2018. Meningkatnya harga komoditas yang tergabung pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, menjadi pendorong utama kenaikan inflasi inti.

Harga-harga makanan jadi di Ibukota, yang di dalamnya termasuk harga mie, bubur dan makanan ringan, meningkat sebesar 0,85% (mtm). Dari kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, naiknya harga beberapa perlengkapan rumah tangga sebesar 2,76% (mtm) serta harga baju muslim wanita (12,02% mtm), turut menambah tekanan inflasi inti.

Inflasi Mei 2018 juga dikontribusikan oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok administered prices. Adanya beberapa hari libur pada bulan Mei 2018, mendorong meningkatnya permintaan masyarakat untuk jasa transportasi, terutama angkutan udara, untuk keperluan berlibur ke luar kota.

Hal ini tercermin dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan sebesar 3,44% (mtm). Penyesuaian harga juga terjadi pada komoditas rokok, menyusul kenaikan tarif cukai rokok yang ditetapkan sejak awal tahun 2018.

Kenaikan harga juga terpantau pada beberapa komoditas yang tergabung dalam kelompok volatile food. Memasuki bulan Ramadan, harga telur ayam naik sebesar 8,89% (mtm), seiring tingginya permintaan telur sebagai bahan baku membuat kue untuk keperluan Ramadan. Komoditas pangan lain yang terpantau mengalami kenaikan akibat naiknya permintaan adalah daging ayam ras (5,77% mtm).

Namun, terdapat beberapa harga bahan pangan yang mengalami penurunan harga, seperti beras dan cabai merah, yaitu masing-masing turun sebesar 1,41% (mtm) dan 8,05% (mtm). Penurunan indeks harga komoditas-komoditas tersebut menjadi penahan laju inflasi volatile food DKI Jakarta.

Memerhatikan pola pergerakan harga-harga hingga minggu pertama Juni 2018, tekanan inflasi pada Juni 2018 diprakirakan kembali meningkat. Konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi akan mengalami puncaknya pada bulan tersebut, seiring dengan kian dekatnya perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Permintaan bahan pangan diperkirakan masih akan naik, terutama subkelompok daging dan hasil-hasilnya, yang kemudian diikuti oleh peningkatan jasa transportasi terkait aktivitas berlibur dan tradisi mudik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru