Investor di Kaltara tidak hanya China saja

Selasa, 05 Juni 2018 | 17:49 WIB   Reporter: Sinar Putri S.Utami
Investor di Kaltara tidak hanya China saja

ILUSTRASI. Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie


INFRASTRUKTUR DAERAH - JAKARTA. Pemerintah terus berkoordinasi untuk membangun Kawasan Industri Tanah Kuning di Kalimantan Utara (Kaltara). Bahkan dikabarkan, kawasan ini telah memiliki beberapa investor yang potensial.

Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengatakan, investor tersebut datang dari luar dan dalam negeri serta kerja sama di dua negara itu. "Investor sudah ada beberapa yang minat, ada yang berasal dari Korea Selatan China," katanya saat ditemui di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Selasa (5/6).

Adapun saat ini investor tersebut sedang berproses perizinan di Kementerian Perindustrian. Adapun Irianto menegaskan, meski kawasan Kaltara ini merupakan salah satu kawasan yang ditawarkan kepada China lewat One Belt One Road, tapi pemerintah sangat terbuka bagi investor manapun asal, syarat-syarat bisa terpenuhi.

Syarat itu yakni, investor wajib menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, memanfaatkan tenaga lokal untuk kegiatan operasional, mendirikan industri dengan nilai tambah dari hulu ke hilir dan harus ada transfer teknologi yang efektif sehingga keberlanjutan proyek ini dapat terjamin.

Sekadar tahu saja, nantinya kawasan ini akan dibagi per cluster. "Nanti ada kawasan industri baja, otomotif, smelter, kimia, atau bahkan industri berbasis kelapa sawit dan migas," tambah dia.

Adapun kawasan industri memiliki luas 10.600 ha. "Bahkan kalau diperluas bisa mencapai 25.000 ha," lanjut Irianto.

Irianto juga menambahkan, setidaknya pembangunan kawasan ini akan terintegrasi dengan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Di mana, salah satu yang akan bangun PLTA itu adalah PT Inalum (Persero)

Dirut Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya tidak hanya akan bangun PLTA tapi juga smelter aluminium. "Untuk PLTA kapasitasnya mencapai 1.7000 MW dan smelter berkapasitas 500.000 - 1 juta ton per tahun," katanya ditemui di kesempatan yang berbeda.

Saat ini progresnya pun masih menunggu izin dari pemerintah daerah. Budi pun menjelaskan, kedua hal tersebut nilai investasinya mencapai US$ 7 miliar.

Selain Inalum, sebelumnya Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B. Panjaitan China telah meneken kesepakatan untuk membangun smelter dan pembangkit listrik 7.200 MW di Kalimantan Utara dengan nilai investasi mencapai US$ 20 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru