Jengkol juga andalan Kelompok Tani Tebing Sering

Kamis, 23 November 2017 | 16:55 WIB   Reporter: Klaudia Molasiarani
Jengkol juga andalan Kelompok Tani Tebing Sering


AGRIBISNIS - BANJARBARU - Kegiatan penanaman karet yang dilakukan oleh Kelompok Tani Desa Tebing Siring mulai dilakukan pada tahun 2012 setelah para petani menerima pelatihan karet.

Hasil konsistensi dan niat para petani untuk mengembangkan lahan terus berkembang, hingga akhirnya mereka menerima Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) seluas 400 hektare untuk dikelola dengan skema hutan kemasyarakatan.

Mahrus Aryadi, Ketua Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan dan Pelatihan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengatakan, pihaknya membantu para petani untuk memperoleh IUP, sampai akhirnya turun pada tahun ini.

"Kami meminta izin pemerintah 400 hektare. Kita mulai pengerjaan 300 hektare dan membiarkan masyarakat yang mengelola," ujar pria yang juga dosen Fakultas Kehutanan ULM ini di Desa Tebing Siring, Rabu (22/11)

Tentu, tanah seluas 400 hektare tersebut tidak hanya dikerjakan oleh sekelompok orang saja. Gajali Rahman , Ketua HKm Kelompok Tani Ingin Maju mengatakan, setiap satu Kepala Keluarga (KK) akan mendapat setengah hektare.

"Kalau mereka rajin mengelola, kita akan tambah setengah hektare lagi, karena ini merupakan hak kelola," ujar Gajali dalam kesempatan yang sama.

Sejak ditanam pada tahun 2012, kelompok tani menargetkan bisa menuai hasil panen pada tahun 2018 atau sekitar 6 tahun sejak awal penanaman dilakukan. Selain karet, kelompok tani juga mulai melakukan diversifikasi dengan menanam jagung, padi gogo, dan kacang panjang untuk menambah sumber pendapatan.

Adapun pada tahun 2015, mereka mendapat bantuan dari Dinas Kehutanan setempat untuk melakukan budidaya pakan lebah. Bantuan tersebut berupa pelatihan mulai dari proses produksi hingga pemasaran. Hasil budidaya pakan lebah tersebut, kemudian dipasarkan dan hasilnya dijadikan sebagai sumber pendapatan para petani.

Sembari menanti hasil panen, para petani juga menanam jengkol, aktivitas pertanian yang sudah dilakukan sebelumnya untuk dijual dan juga dijadikan sebagai sumber pendapatan. Lalu ketika panen, mereka bisa menghasilkan setidaknya Rp 1,5 juta per pohon.

Adapun setiap KK di Desa Tebing Siring memiliki 100 pohon jengkol. "Berikutnya kita rencanakan untuk menanam kemiri, jadi pendapatan mereka tidak hanya satu. Kita juga sedang coba kembangkan pembuatan pupuk," ujar Mahrus.

Melalui budidaya berbagai jenis hasil hutan tersebut, lanjutnya, ada sekitar 180 hektare lahan HKm yang sudah digarap oleh kelompok tani di sana. Sebagai catatan, tidak hanya Kelompok Tani Ingin Maju yang menggarap lahan tersebut.

Setelah kurang lebih 3 tahun mengembangkan HKm Tebing Siring, Kelompok Tani Suka Maju pun mengikuti langkah - langkah tersebut dengan melakukan budidaya karet serta jamur dan beberapa hasil perkebunan lainnya sembari menanti musim panen karet tiba.

Melalui budidiaya tersebut, masyarakat Tebing Sering bisa mendapat sekitar Rp 3 juta per bulan untuk satu hektare lahan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru