Warga Lampung kesal aliran listrik "biarpet"

Minggu, 07 Februari 2016 | 15:00 WIB Sumber: Antara
Warga Lampung kesal aliran listrik


LAMPUNG. Warga sejumlah daerah di Lampung pelanggan listrik PLN mengeluhkan dan menunjukkan kekesalan atas pelayanan pihak PLN setempat, menyusul aliran listrik yang masih terus mengalami "biarpet" atau pemadaman berjam-jam dan hingga beberapa kali dalam seharinya.

Sejumlah warga konsumen listrik PLN di Kota Bandarlampung, Lampung Tengah, Pesawaran, dan Mesuji, Minggu, mengaku kesal atas pelayanan buruk PT PLN Lampung, mengingat dalam beberapa hari terakhir selalu mengalami pemadaman aliran listrik selama beberapa jam setiap kali mati lampu, dan dalam sehari bisa terjadi lebih dari satu kali.

Warga di sejumlah tempat di Kota Bandarlampung, seperti kawasan Sukarame dan Way Halim mengeluhkan pemadaman aliran listrik PLN terjadi beberapa kali pada Sabtu (6/2), namun pada dinihari kembali mati hingga pagi hari.

"Sabtu kemarin, malamnya mati beberapa jam, pagi mati lagi, dan siang sampai sore juga mati lampung," kata Wirawan, warga Sukarame mengeluhkannya. Aliran listrik baru menyala pada Minggu paginya.

Di Bandarjaya Lampung Tengah, pengguna listrik PLN di sana mengeluhkan pemadaman aliran listrik yang terjadi pada Sabtu sejak Magrib hingga menjelang tengah malam baru menyala lagi.

Beberapa hari sebelumnya, kondisi serupa dialami warga pengguna listrik PLN itu.

Pengguna listrik PLN di Kabupaten Pesawaran juga mengeluhkan aliran listrik yang "biarpet" (mati-hidup) secara tak beraturan, telah berlangsung beberapa hari ini.

Di Kabupaten Mesuji, warga beberapa desa juga mengeluhkan mati lampu secara tidak beraturan yang terjadi selama sepekan ini, sehingga berakibat warga yang memiliki usaha terancam merugi.

Selain itu, kondisi aliran listrik yang tak kunjung normal itu juga berakibat beberapa peralatan elektronik rumah tangga mengalami kerusakan.

Nurdin (45), warga Kecamatan Tanjungraya, Mesuji, menuturkan sering mati lampu membuat warga kesulitan, pasalnya listrik adalah kebutuhan yang paling pokok, mengingat alat rumah tangga mayoritas menggunakan listrik. Padahal dalam sepekan ini, aliran listrik seringkali mati, sehingga membuat masyarakat kebingungan, katanya lagi.

Secara terpisah, keluhan mati aliran listrik selama sepekan ini juga disampaikan Firman, salah satu pedagang elektronik di Kecamatan Mesuji.

Menurutnya, akibat sering mati aliran listrik membuat omzet toko miliknya menurun drastis. "Ya, kalau sering mati lampu begini warga enggan membeli peralatan elektronik, karena 80 persen pasti rusak akibat sering listrik mati, dan ketika hidup arus listriknya pun tak normal," ujar Firman lagi.

Beberapa pemilik usaha fotokopi di Mesuji, juga mengeluhkan akibat mati lampu, omzet usahanya berkurang secara drastis, bahkan merugi. "Gimana nggak rugi, saat mati lampu jelas mesin fotokopi tak hidup, dan kalau memakai genset pasti biaya bahan bakarnya lumayan besar, sehari untuk BBM saja bisa ratusan ribu rupiah habis," katanya.

Warga dan para pedagang pengguna listrik PLN itu berharap pihak PT PLN di Lampung dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sebagai konsumennya.

"Jika mau mematikan aliran listrik, PLN mestinya menyampaikan pemberitahuan. Tapi di Mesuji ini, mau mati atau pun hidup listrik tak ada yang peduli, sama saja kewajiban konsumen hanya membayar tagihan listrik tanpa mengedepankan kewajiban PLN kepada konsumen," kata warga Mesuji itu lagi.

Deputi Manajer Humas PT PLN Distribusi Lampung, I Ketut Dharpa, menanggapi keluhan konsumen pengguna listrik PLN itu menjelaskan bahwa gangguan aliran listrik saat ini terjadi akibat Penghantar 150 KV Baturaja-Bukit Kemuning mengalami trip atau mati.

Kondisi itu, kata Ketut Dharpa lagi, mengakibatkan terjadi pemadaman aliran listrik di sebagian wilayah Provinsi Lampung.

"Akan tetapi, sekarang secara bertahap sudah mulai normal," katanya lagi.

Penghantar Bukit Kemuning-Baturaja itu selama ini menjadi jalur interkoneksi untuk transfer daya listrik dari pembangkit di Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) ke Lampung.

Gangguan pada penghantar itu berakibat terganggu aliran listrik ke wilayah Lampung, sehingga mengalami defisit daya, terutama pada wilayah yang ditopang jaringan interkoneksi Sumbagsel.

Kebutuhan daya listrik di Lampung, sebagian ditopang dari jaringan interkoneksi Sumbagsel, mengingat kemampuan pembangkit lokal belum mencukupi. Saat defisit daya terjadi, pihak PLN dipastikan akan memberlakukan pemadaman aliran listrik secara bergilir kepada para pelanggannya.
 

Editor: Dikky Setiawan

Terbaru