Pertama kali, jembatan apung akan lahir di Cilacap

Kamis, 05 Mei 2016 | 18:22 WIB Sumber: Kompas.com

Cilacap. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun jembatan apung yang  menghubungkan Desa Ujung Alang dan Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Jembatan apung sepanjang 40 meter ini nantinya menjadi jembatan dengan teknologi apung pertama di Indonesia dan dipasang pada Mei ini.   

“Dipilihnya teknologi apung untuk jembatan ini setelah pegamatan lokasi. Tidak dimungkinkan untuk membangun jembatan dengan teknologi pancang," tutur Kepala Balitbang PUPR Arie Setiadi Moerwanto, dalam keterangan tertulis, Kamis (5/5/2016).

Menurut Arie, kalaupun dibangun dengan pancang, akan membutuhkan dana yang sangat besar. Hasil pengamatan tim Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) menemukan, bahwa sedimen yang di lokasi tempat akan dibangun jembatan memiliki kedalaman hingga 20 meter.

Karena kondisi inilah maka tim memutuskan teknologi apunglah yang cocok untuk diaplikasikaan di kampung nelayan ini. Selain biaya produksinya lebih murah, keunggulan dari jembatan hasil teknologi Balitbang PUPR ini mudah dibongkar-pasang atau dipindah-pindah.

Pembangunan jembatan ini awalnya adalah usulan dari Mantan Menko Bidang Kemaritiman Dwisuryo Indroyono pada Tahun 2015. Kemudian pada pada awal tahun 2016 ini Pusjatan memulai perancangan jembatan dan langsung melakukan trial assembly jembatan apung pada bulan Januari hingga April 2016.

Selain jembatan di Kampung Laut, permasalahan sedimentasi di Segara Anakan juga menjadi pokok masalah yang harus segera ditangani.

Pendangkalan yang disebabkan material yang terbawa oleh aliran Sungai Citanduy telah menimbulkan permasalahan di Segara Anakan, di antaranya banjir dan terhambatnya akses kapal-kapal yang lewat akibat dari pendangkalan tersebut.

Penanganan masalah sedimentasi guna mempertahankan keberadaan Laguna Segara Anakan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu program pengendalian sedimen sungai, mengatur tata letak muara sungai Citanduy serta pengerukan secara bertahap.

Pengerukan bertahap akan dilakukan di alur pelayaran, yaitu Plawangan Barat dan alur transportasi Cilacap dan Majingklak, serta normalisasi anak-anak sungai yang bermuara di laguna Segara Anakan.

Pada tahun 2004 pernah dilakukaan pengerukan sebanyak 544 hektar atau 9 juta meter kubik dengan rata-rata kedalaman 1,75 meter, akan tetapi kondisi ini tidak berlangsunng lama karena saat ini sudah menjadi dangkal kembali.

(Hilda B Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru