Pertumbuhan GDP Sumbar Q1 2016 di atas nasional

Kamis, 05 Mei 2016 | 17:27 WIB Sumber: Antara
Pertumbuhan GDP Sumbar Q1 2016 di atas nasional


Padang. Moratorium sawit tak mempengaruhi perekonomian Sumatera Barat (Sumbar). Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat ekonomi provinsi ini tumbuh 5,48% pada triwulan I 2016. Nilai ini juga lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional hanya 4,9%.

"Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali lapangan usaha pertambangan dan penggalian terkontraksi sebesar 3,51%," kata Kepala BPS Sumbar Dody Herlando, Kamis (5/5). Menurut dia, penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 11,09%, diikuti informasi dan komunikasi sebesar 10,52% dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial 9,84%.

Struktur perekonomian Sumbar, menurut lapangan usaha triwulan I 2016 didominasi tiga kategori utama yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan 24,31%, perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil, sepeda motor 15,19% dan transportasi serta pergudangan 12,06%.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I, sumber utama adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,20%, perdagangan besar eceran dan reparasi mobil sepeda motor sebesar 1,08% dan informasi serta komunikasi 0,69%.

Pertumbuhan ekonomi Sumbar triwulan I 2016 terkontraksi 0,56% dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh beberapa lapangan usaha yang dominan di Sumbar seperti jasa kesehatan dan kegiatan sosial terkontraksi 7,13%, pertanian, kehutanan dan perikanan dan pengadaan listrik dan gas sebesar 4,81%.

Sementara Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko menilai investasi punya kontribusi besar dalam peningkatan pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Namun pertumbuhannya melambat setiap tahun sehingga berdampak pada perlambatan ekonomi Sumbar.

Ia menyebutkan pada 2011 pertumbuhan investasi Sumbar mencapai 11,08%, 2012 tumbuh 6,40%, 2013 tumbuh 4,62%, 2014 tumbuh 5,23% dan 2015 hanya 4,34%.

Stagnannya investasi di Sumbar juga tercermin dari kredit investasi yang relatif kecil dibandingkan kredit konsumsi serta melambatnya kredit investasi. Pada 2014, porsi kredit investasi hanya 20,8% sementara kredit konsumsi mencapai 44,1% dan pada 2015 kredit investasi hanya 20,8% sedangkan kredit konsumsi mencapai 43,5%.

Realisasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri juga cukup kecil. Pada 2015 pangsa penanaman modal dalam negeri Sumbar hanya 5%, sementara Riau mencapai 36%. Penanaman modal asing Sumbar hanya 2% dan Riau 27%.

Ia menilai ada beberapa kendala yang menghambat investasi di Sumbar yaitu letak geografis, kondisi rawan bencana, persoalan lahan, daya saing rendah serta infrastruktur dan layanan perizinan yang belum memadai.

(Ikhwan Wahyudi)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru