Soal air, Jakarta tertinggal jauh dari Surabaya

Senin, 06 Februari 2017 | 21:11 WIB   Reporter: Hendra Gunawan
Soal air, Jakarta tertinggal jauh dari Surabaya


JAKARTA. Direktur Amrta Institute Nila Ardhianie mengatakan Jakarta saat ini sudah masuk dalam fase darurat air bersih. Penyediaan air bersih di Jakarta yang dilakukan oleh PT Palyja dan PT Aetra pun hanya mampu melayani sekitar 35% kebutuhan air warga Jakarta.

Akibatnya, penduduk dan industri banyak bergantung pada air tanah yang diambil langsung dari sumur. Padahal sumur di Jakarta sudah banyak yang tercemar dan pemanfaatan air tanah berlebihan dapat menyebabkan  penurunan tanah yang dapat meningkatkan risiko banjir.

Penelitian Amrta Institute awal 2017 menunjukkan bahwa dalam 15 tahun terakhir ketergantungan pada air tanah tidak menunjukkan penurunan. Angkanya stabil di sekitar 63-65% setiap tahunnya.

Menurutnya, dibandingkan Surabaya, Jakarta masih tertinggal jau. Kota kedua di Indonesia itu bahkan sudah berhasil melayani 95,6% penduduknya. Ini berarti hampir seluruh penduduk mendapat akses layanan air bersih. “PDAM Surabaya bahkan tahun 2018 menargetkan dapat melayani seluruh penduduk (coverage 100%),” kata Nila, Senin (6/2).

Tak hanya itu, soal tarif, Jakarta juga lebih mahal. Rata-rata tarif air di Surabaya adalah Rp 2.800 dan tidak naik sejak 11 tahun terakhir. Sementara di Jakarta, tarif rata-rata sudah mencapai Rp 8.395. Padahal harga air baku di dua kota ini tidak banyak berbeda. Air baku di Surabaya Rp 148/m3 dan di Jakarta Rp 228/m3.

Menurutnya, PDAM Surabaya hanya membutuhkan Rp 2.652 untuk mengolah, mendistribusikan dan memperoleh laba. Sementara Jakarta membutuhkan Rp 8.167 untuk mengolah, mendistribusikan dan memperoleh laba. “Artinya pengelolaan air perpipaan di Jakarta sangat tidak efisien dibandingkan Surabaya,” ujarnya.

Untuk menghadapi situasi dararut air di Jakarta, Nila menyarankan untuk menjalankan tiga program. Pertama, meningkatkan layanan air perpipaan melalui pembangunan instalasi pengolahan air baru, membangun jaringan komunal dan individual, membangun instalasi pengolahan air skala kecil untuk mengolah air sungai-sungai Jakarta yang kualitasnya mulai meningkat dan terus meningkatkan kualitas air baku.

Kedua, mengurangi dan membatasi pengambilan air tanah sampai tingkat  aman dan tidak menyebabkan kondisi air tanah rawan, kritis dan rusak yang disesuaikan dengan cadangan air tanah yang tersedia.

Ketiga, mengintegrasikan layanan air limbah dan air bersih. Integrasi ini penting karena memberi banyak manfaat seperti meningkatkan ketersediaan air bersih dan aman hasil dari air limbah yang diproses menjadi air yang dapat dimanfaatkan kembali.

Selain itu, pemanfaatan air limbah juga dapat menghemat biaya. Karena Jakarta tidak perlu mendatangkan air bersih dari luar Jakarta. Pengolahan air limbah juga bermanfaat bagi lingkungan karena sebelum dibuang, air limbah tersebut diolah terlebih dulu sehingga kandungan-kandungan berbahayanya dibuang sebelum air limbah tersebut menyentuh tanah sehingga akan mengurangi kontaminasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan

Terbaru