BNPB: Kondisi alam di Lebak rusak parah dan banyak tambang ilegal

Rabu, 15 Januari 2020 | 22:00 WIB   Reporter: Handoyo
BNPB: Kondisi alam di Lebak rusak parah dan banyak tambang ilegal

ILUSTRASI. Bencana Banjir Bandang dan Longsor Banten: Kondisi persawahan yang sebagian tersapu banjir Bandang Sungai Ciberang, Cipanas, Banten, Selasa (7/1). Hingga kini masih banyak kampung-kampung yang terisolir akibat longsor dan banjir bandang yang melanda kawas


TANAH LONGSOR - JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pantauan dari udara lokasi banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Selasa (14/1).

Menurut pantauan udara BNPB mendapati wilayah kerusakan hutan dan lereng bukit yang semakin parah. Maraknya alih fungsi lahan menjadi jenis tanaman musiman menyebabkan wilayah tersebut kehilangan kekuatan dan pengendali vegetasi alami sehingga tak heran apabila akhirnya ada enam kecamatan yang terdampak mulai Kecamatan Sajira, Cipanas, Lebakgedong, Curugbitung, Maja dan Cimarga.

Baca Juga: BMKG: Hari ini bisa terjadi peningkatan potensi hujan di Jabodetabek

Selain itu, BNPB juga menemukan lokasi tambang emas ilegal di hulu Sungai Ciberang, Gunung Julang yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Lebakgedong.

Di sepanjang bantaran sungai dan lembah ditemukan kondisi permukiman penduduk yang semakin padat sehingga hal tersebut sekaligus menyebabkan wilayah kerentanan terhadap bencana semakin tinggi.

Menurut catatan BNPB ada 30 desa di 46 titik lokasi banjir dan longsor. Sebanyak 2.162 rumah mengalami kerusakan mulai dari kriteria rusak berat, sedang hingga ringan. Selain itu ada 24 jembatan putus, 1 kantor kecamatan rusak dan 3 kantor desa rusa.

Baca Juga: Tim LDP Kemensos telah jangkau 15 titik banjir Jakarta, Jawa Barat, dan Banten

Banjir bandang tersebut juga menyebabkan 1.392 KK yang terdiri dari 5.106 jiwa mengungsi. Sebanyak 9 orang meninggal dunia dan 2 dinyatakan hilang.

Dampak banjir bandang juga terlihat hingga Waduk Karian. Dalam pantauan terdapat banyak material kayu yang terbawa arus banjir dari banyaknya kerusakan hutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru