Sebanyak 2.000 babi di Sumba Timur mati, diduga karena terserang flu babi Afrika

Kamis, 16 Juli 2020 | 13:44 WIB Sumber: Kompas.com
Sebanyak 2.000 babi di Sumba Timur mati, diduga karena terserang flu babi Afrika

ILUSTRASI. Peternakan babi. KONTAN/Daniel Prabowo/28/04/2009


PETERNAKAN - WAINGAPU. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, NTT, Yohanis Radamuri mengatakan, 2.000 ternak babi di wilayah itu mati diduga akibat penyakit flu babi Afrika atau african swine fever (ASF). Jumlah itu tercatat sejak Maret hingga pertengahan Juli 2020. Dua ribu ternak yang mati itu tersebar hampir di semua kecamatan di Sumba Timur. 

Yohanis mengungkapkan, Kecamatan Lewa tercatat dengan angka kematian tertinggi berdasarkan data yang ada di Dinas Peternakan Sumba Timur. Kemudian, disusul Kecamatan Kota Waingapu, Kecamatan Kambera, Kecamatan Wulla Waijelu, dan beberapa kecamatan lainnya. 

Baca Juga: Menahan laju deforestasi lewat program mata pencaharian alternatif

“Awalnya, kami mengira bahwa kematian babi disebabkan oleh penyakit colera. Karena itu, kami dari Dinas Peternakan melakukan vaksinasi," kata Yohanis, kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Kamis (16/7/2020). 

Yohanis melanjutkan, babi yang mati di Sumba Timur memiliki gejala limpah membengkak, suhu badan tinggi, tidak mau makan, kemerahan pada kulit, muntah, dan diare. Berdasarkan penampakan klinis tersebut dan jumlah kematian yang sangat tinggi, dugaan pihaknya mengarah ke ASF. 

“Untuk memastikan penyebab kematian ribuan babi tersebut, pemerintah kini sedang mengambil sampel. Sampel akan dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar untuk uji laboratorium”, ujar Yohanis. 

Baca Juga: Jelang Idul Adha, muatan kapal ternak Pelni terus meningkat

Sebelumnya, pemerintah telah mengambil sampel, tetapi karena pembatasan penerbangan akibat pandemi Covid-19, pengiriman sampel tidak bisa dilakukan. Sejauh ini, tambah dia, pemerintah melalui Dinas Peternakan sudah mengarahkan petugas lapangan untuk melakukan penyemprotan disinfektan di setiap kandang ternak milik warga. 

Yohanis mengimbau kepada masyarakat yang memiliki ternak babi untuk menjaga sanitasi kandang dan memperhatikan pengelolaan pakan. Selain itu, babi mati yang memiliki gejala seperti ASF agar tidak boleh dikonsumsi. Sebaiknya dikuburkan untuk menekan laju penyebaran virus. “Pakan perlu diperhatikan dengan baik agar daya tahan tubuh babi bisa lebih kuat," ujar Yohanis.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "2.000 Babi di Sumba Timur Mati, Diduga Diserang Flu Babi Afrika "

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru