Terus naik, harga bawang di Sampit Rp 48.000

Kamis, 05 Mei 2016 | 17:56 WIB Sumber: Antara
Terus naik, harga bawang di Sampit Rp 48.000


Sampit. Harga bawang semakin mahal di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Tak hanya pembeli, para pedagang pun mencemaskan lonjakan harga ini.

"Kalau harga terus naik, yang membeli jadi sedikit. Itu artinya pendapatan dan keuntungan kami jadi berkurang, sementara modal yang harus dikeluarkan makin besar," kata Yati, salah satu pedagang di Sampit, Kamis (5/5).

Pantauan di Pasar Keramat, bawang merah dijual Rp 48.000 dan bawang putih Rp 36.0000/kg. Dalam kondisi normal, bawang merah di pasar tradisional ini hanya dijual Rp 20.000 sedangkan bawang putih Rp 18.000/kg. Namun pernah pula harga bawang merah melonjak hingga Rp7 0.000 dan bawang putih Rp 40.000/kg.

Harga bawang mulai naik karena pasokan dari pulau Jawa berkurang. Sampai saat ini, pemenuhan sejumlah komoditas kebutuhan dapur di daerah ini didatangkan dari luar daerah, termasuk bawang yang umumnya didatangkan dari Surabaya.

Pedagang di pasar-pasar tradisional mendapatkan bawang dari agen yang mendatangkan dari Jawa. Namun saat ini pasokan berkurang sehingga harga naik dan pembelian pun tidak bisa sebanyak biasanya.

"Informasinya ini karena banyak petani bawang di Jawa gagal panen, makanya pasokan berkurang. Karena harga di agen naik, kami juga menyesuaikan harga supaya tetap bisa dapat untung walaupun sedikit. Kalau menjual dengan harga terlalu tinggi juga tidak bisa karena orang tidak mau membeli," tambah Yati.

Yati dan pedagang lainnya cemas harga bawang akan terus naik karena saat ini sudah mendekati bulan suci Ramadhan. Sudah menjadi kebiasaan, permintaan barang meningkat saat Ramadhan, sementara pasokan terbatas sehingga harga biasanya akan naik.

Raudah, salah seorang pembeli berharap harga kebutuhan tidak terus naik. Pemerintah diharapkan turun tangan mencegah agar harga kebutuhan tidak naik karena akan membebani masyarakat.

"Kalau sekarang saja harga kebutuhan sudah naik, bagaimana saat bulan puasa (Ramadhan) nanti? Masa pemerintah tidak ada solusi. Jangan hanya bilang ini hukum pasar. Harusnya ada upaya pencegahan," katanya.

(Norjani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru