Peristiwa

Inilah Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Belakangan Ini, Ternyata Bukan Heatwave

Kamis, 09 Mei 2024 | 06:16 WIB Sumber: Kompas.com
Inilah Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Belakangan Ini, Ternyata Bukan Heatwave

ILUSTRASI. Fenomena cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia menurut BMKG bukan gelombang panas atau heatwave. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto


BMKG - JAKARTA. Fenomena cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini di sejumlah wilayah Indonesia menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bukan gelombang panas atau heatwave. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas. 

"Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," kata Dwikorita melalui keterangan resmi kepada Kompas.com, Rabu (8/5/2024). 

Penyebab suhu panas di Indonesia 

Menurut Dwikorita, suhu panas dipengaruhi kondisi maritim di sekitar Indonesia yang memiliki iklim laut hangat dan topografi pegunungan yang dapat mengakibatkan naiknya gerakan udara. 

Oleh karena itu, hal tersebut dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. 

"Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia," jelas Dwikorita. 

Ia juga menjelaskan, suhu panas yang terjadi di Indonesia adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan. 

Pihaknya mengatakan, kondisi cuaca panas merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau. Hal itu sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembapan yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini. 

Baca Juga: Awas! Cuaca Panas dan Banjir Mengikis Produksi Pangan

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," terang Dwikorita. 

Sementara pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. 

Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Suhu udara maksimum di Indonesia sentuh 37,8 derajat C 

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan, suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8 derajat Celsius pada 23 April 2024. 

Selain itu, suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat Celsius juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37,0 derajat Celsius. 

Sementara di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37,8 derajat Celsius, serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat Celsius. 

Ardhasena menyampaikan, berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, hingga awal Mei 2024 menunjukkan, baru sebanyak 8 persen wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau. 

Baca Juga: Badan Pangan Nasional: Persediaan Pangan Aman Selama Musim Kemarau

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru