Wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi:
- Sebagian Aceh
- Sebagian Sumatera Utara
- Riau bagian utara
- Sekitar Pangandaran Jawa Barat
- Sebagian Sulawesi Tengah
- Sebagian Maluku Utara.
Sementara itu, pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti:
- Sebagian Nusa Tenggara
- Sebagian pulau Jawa
- Sebagian pulau Sumatera
- Sebagian Sulawesi Selatan
- Sebagian Maluku
- Papua bagian timur dan selatan.
"Meskipun demikian, sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," imbuhnya.
Baca Juga: Hindari Heat Stroke, Jemaah Haji Disarankan Banyak Minum Air Putih
Gelombang panas melanda Asia
Di sisi lain, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Fachri Radjab menjelaskan bahwa gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia.
Misalnya, di Vietnam suhu maksimum dilaporkan terjadi di beberapa bagian utara dan tengah negara tersebut yang mencapai 44 derajat Celsius.
Sementara itu di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.
Fachri menyebut, serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor, yakni:
1. Gerak semu Matahari
Pertama, gerakan semu Matahari pada akhir April dan awal Mei yang berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan.
"Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas," ujarnya terpisah.
2. Anomali iklim El Nino
Faktor kedua, gelombang panas di Asia juga dapat dipicu karena adanya anomali iklim El Nino 2023/2024.
Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.
3. Pemanasan global
Adapun faktor ketiga yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.
"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Heatwave, Ini Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Akhir-akhir Ini"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News