4 Jenis Pekerjaan yang Akan Pertama Kali Digantikan oleh AI

Jumat, 25 Juli 2025 | 13:04 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
4 Jenis Pekerjaan yang Akan Pertama Kali Digantikan oleh AI

ILUSTRASI. 4 Jenis Pekerjaan yang Akan Pertama Kali Digantikan oleh AI.


MENCARI KERJA -  Kecerdasan buatan (AI) bukan lagi sekadar ancaman masa depan—teknologi ini sudah hadir dan berkembang jauh lebih cepat dari yang disadari banyak orang. 

Penelitian dari MIT menunjukkan bahwa AI akan menggantikan 2 juta pekerja di sektor manufaktur pada tahun 2025. Namun dampaknya tidak terbatas hanya di lantai pabrik. Transformasi ini mencakup chatbot layanan pelanggan yang menangani jutaan interaksi hingga sistem AI yang menulis kode di perusahaan teknologi besar.

Melansir dari situs New Trader U, Goldman Sachs memperkirakan bahwa AI dapat menggantikan hingga 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia.

Baca Juga: Menkeu Restui Koperasi Merah Putih Pinjam Bank Maksimal Rp 3 Miliar

Sekilas hal ini terdengar mengkhawatirkan, tetapi ada sisi positifnya: Forum Ekonomi Dunia memproyeksikan bahwa meskipun 92 juta pekerjaan akan hilang pada tahun 2030, sebanyak 170 juta pekerjaan baru juga akan tercipta. 

Jadi, pertanyaan yang paling relevan bukan lagi *apakah* AI akan mengubah dunia kerja, tetapi *jenis pekerjaan apa yang akan terdampak lebih dulu* dan seberapa cepat pekerja dapat beradaptasi.

Dampak Besar AI: Data yang Tak Terbantahkan

Berdasarkan penelitian dari berbagai institusi terkemuka, skala perpindahan tenaga kerja akibat AI sangat besar. Analisis Goldman Sachs menunjukkan bahwa dua pertiga pekerjaan di Amerika Serikat dan Eropa menghadapi potensi otomatisasi oleh AI. 

Sementara itu, McKinsey Global Institute melaporkan bahwa pada tahun 2030, setidaknya 14% karyawan harus berpindah profesi secara menyeluruh. Proyeksi ini bukan sekadar prediksi jangka panjang, melainkan berdasarkan pada kemampuan AI saat ini.

Perkembangannya pun berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Laporan *Future of Jobs 2025* dari Forum Ekonomi Dunia menemukan bahwa 41% pemberi kerja global berencana mengurangi jumlah karyawan dalam lima tahun ke depan karena otomatisasi AI. 

Karena kemajuan teknologi dan tekanan efisiensi biaya, sebanyak 65% pekerjaan di sektor ritel diperkirakan dapat otomatis sepenuhnya pada 2025. 

Negara-negara seperti Hong Kong, Israel, Jepang, Swedia, dan Amerika Serikat akan merasakan dampak terbesar. Sementara itu, pekerja di negara-negara seperti Tiongkok, Nigeria, Vietnam, Kenya, dan India menghadapi risiko yang lebih kecil dalam waktu dekat.

1. Pekerjaan Administratif dan Berbasis Data

Jika pekerjaan Anda melibatkan entri data, pengarsipan, atau perhitungan sederhana, maka Anda berada dalam zona rawan. 

AI sangat unggul dalam menyelesaikan tugas-tugas berulang dan berbasis aturan yang mengikuti pola tetap. 

Jenis pekerjaan ini dengan cepat tergantikan karena mesin dapat melakukannya lebih cepat, lebih akurat, dan tanpa perlu waktu istirahat atau cuti sakit.

Karyawan entri data termasuk yang paling rentan—studi McKinsey menunjukkan bahwa hingga 38% dari tugas entri data bisa diotomatisasi pada 2030. 

Pekerjaan pembukuan dan akuntansi dasar juga mulai menghilang dengan cepat. Perangkat lunak akuntansi berbasis AI mampu menangani transaksi keuangan, menyusun laporan, bahkan menyiapkan pengembalian pajak tanpa campur tangan manusia. 

Asisten administrasi juga menghadapi tantangan serupa, karena AI mampu menjadwalkan pertemuan, mengelola email, dan melakukan riset dasar. Benang merahnya adalah: pekerjaan yang berkaitan dengan pemrosesan informasi secara terstruktur sangat mudah diambil alih AI.

Baca Juga: Suspensi Dibuka, Saham CDIA Naik 9,90% pada Sesi I Perdagangan Jumat (25/7)

2. Layanan Pelanggan

Industri layanan pelanggan sedang mengalami transformasi besar seiring dengan meningkatnya kecanggihan chatbot AI. Sistem AI milik IBM, misalnya, telah menangani lebih dari 11 juta interaksi pelanggan setiap tahunnya dengan sedikit campur tangan manusia. 

Asisten virtual ini mampu menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, dan bahkan menangani keluhan 24 jam nonstop tanpa lelah atau emosi.

Bagi perusahaan, ini adalah pilihan logis—biaya layanan pelanggan berbasis AI bisa mencapai 80% lebih murah dibandingkan dengan tenaga kerja manusia. 

Pergeseran ini terjadi cepat di berbagai industri. Gartner memperkirakan bahwa pada tahun 2027, sebanyak 25% operasi layanan pelanggan akan bergantung pada chatbot sebagai alat utama. 

Pekerjaan seperti telemarketing bahkan lebih cepat menghilang karena AI mampu melakukan panggilan otomatis, mempromosikan produk, dan menindaklanjuti calon pelanggan. 
Meski kasus pelanggan yang kompleks masih memerlukan sentuhan manusia, interaksi sederhana dan berulang yang menjadi mayoritas layanan pelanggan sudah beralih ke mesin.

3. Pekerja Manufaktur dan Transportasi

Sektor manufaktur memang sejak lama menjadi sasaran otomatisasi, namun AI mempercepat proses ini secara drastis. Penelitian dari MIT dan Universitas Boston menunjukkan bahwa AI akan menggantikan hingga 2 juta pekerja manufaktur pada tahun 2025. 

Sistem AI modern mampu mengendalikan mesin, memantau kualitas produksi, dan memprediksi kebutuhan perawatan peralatan. Tidak seperti otomatisasi tradisional yang hanya mampu menangani tugas-tugas sederhana, AI saat ini bisa beradaptasi terhadap perubahan dan mengambil keputusan secara real time.

Pekerjaan di bidang transportasi juga menghadapi masa depan serupa seiring berkembangnya kendaraan otonom. Sopir truk, kurir, hingga pengemudi taksi mulai melihat perannya tergantikan oleh teknologi swakemudi. 

Meski perubahan ini tidak terjadi dalam semalam, perusahaan logistik besar sudah mulai menguji kendaraan yang dikendalikan AI untuk rute jarak jauh. 

Sementara itu, kasir ritel juga digantikan oleh sistem kasir otomatis seperti di toko tanpa kasir milik Amazon, yang dapat melacak belanjaan dan memproses pembayaran tanpa bantuan manusia.

Baca Juga: Mengintip Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja

4. Posisi Kantoran Pemula (White-Collar Entry-Level)

Anda mungkin mengira bahwa pekerjaan kantoran dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih aman. Namun kenyataannya, posisi kantoran pemula justru berada di garis depan risiko. 

CEO Anthropic memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, separuh dari pekerjaan white-collar pemula akan hilang karena AI. 

Perusahaan teknologi menjadi yang paling agresif dalam tren ini—92% pekerjaan IT diperkirakan akan mengalami transformasi akibat AI, dengan posisi pemula dan menengah paling terdampak.

Bahkan pekerjaan pemrograman pun tidak sepenuhnya aman. Microsoft melaporkan bahwa AI kini menulis hingga 30% dari total kode mereka. 

Penyebabnya sederhana: posisi pemula biasanya melibatkan tugas-tugas rutin dan mengikuti prosedur yang sudah baku—hal yang sangat mudah dipelajari dan dijalankan oleh AI. 

Analis junior, asisten riset, dan staf pemasaran pemula pun mulai melihat bahwa banyak tugas mereka bisa diselesaikan AI dengan lebih cepat dan konsisten. 

Sementara posisi senior yang menuntut pengambilan keputusan kompleks masih relatif aman, jenjang karier tradisional kini kehilangan pijakan awalnya.

Industri yang Memimpin Revolusi AI

Sektor jasa keuangan menjadi yang paling cepat berubah, karena data dan uang adalah kombinasi ideal untuk AI. Sistem AI dapat menganalisis tren pasar, memproses transaksi, dan membuat keputusan investasi jauh lebih cepat dari analis manusia. Bank juga memanfaatkan AI untuk mendeteksi penipuan, menyetujui pinjaman, hingga melayani nasabah.

Industri hukum juga mengalami perubahan signifikan. Alat bantu AI kini mampu memindai ribuan dokumen hukum, menemukan kasus relevan, hingga menyusun kontrak dasar dalam hitungan menit. 

Sektor administrasi kesehatan turut berubah meski pekerjaan yang bersentuhan langsung dengan pasien relatif aman. AI kini dapat mencatat percakapan dokter-pasien, menjadwalkan janji temu, mengurus tagihan, bahkan membantu diagnosis melalui analisis gambar medis. 

Perusahaan teknologi tentu berada di garis terdepan, dengan perusahaan seperti Goldman Sachs kini merekrut insinyur perangkat lunak berbasis AI yang mampu menulis kode layaknya manusia, namun bekerja 24 jam nonstop tanpa gaji atau tunjangan.

Tonton: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Siap Geber Belanja di Paruh Kedua Ini

Kabar Baik: Banyak Pekerjaan Tetap Aman dari AI

Tidak semua pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi. Pekerja kesehatan yang merawat pasien secara langsung termasuk yang paling aman dari risiko penggantian oleh AI. 

Praktisi perawat bahkan diprediksi akan mengalami pertumbuhan pekerjaan sebesar 45,7% hingga 2032. Alasannya sederhana: pasien membutuhkan empati manusia, dukungan emosional, dan fleksibilitas berpikir—kemampuan yang masih sulit dicapai oleh mesin.

Pendidikan juga termasuk sektor yang relatif aman. Guru, dosen, dan administrator sekolah setiap harinya menghadapi interaksi kompleks yang tidak dapat diselesaikan AI. 

Profesi kreatif seperti musisi, seniman, penulis, serta penyedia layanan personal seperti penata rambut, pelatih, dan konselor tetap dibutuhkan. 

Pekerjaan ini memerlukan keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kebutuhan individu—kualitas yang membuatnya tahan terhadap otomatisasi untuk waktu yang lama.

Peluang Baru Bermunculan

Meski AI menghilangkan sebagian pekerjaan, teknologi ini juga menciptakan peluang baru. Forum Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa 170 juta pekerjaan baru akan tercipta pada tahun 2030. 

Namun, banyak di antaranya memerlukan pendidikan tinggi—sekitar 77% membutuhkan gelar magister dan 18% memerlukan gelar doktor.

Profesi seperti machine learning engineer, AI prompt engineer, dan spesialis kolaborasi manusia-AI adalah contoh pekerjaan yang bahkan tidak dikenal satu dekade lalu. 

Kuncinya adalah: pekerjaan masa depan tidak bersaing dengan AI, tetapi bekerja *bersama* AI. 

Misalnya, agen layanan pelanggan dapat beralih menjadi spesialis pelatih chatbot, yang bertugas mengajari AI bagaimana menangani situasi pelanggan yang kompleks. 
Pekerja yang paling sukses adalah mereka yang mampu menggunakan AI sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan mereka—bukan sekadar melihatnya sebagai ancaman yang harus dihindari.

Selanjutnya: Cara Beli Tiket Masuk GIIAS 2025, Daftar Harga, dan Event Menarik di Pameran

Menarik Dibaca: Secret Garden Buka Gerai Experience Store di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tiyas Septiana

Video Terkait


Terbaru