77% sawah di Kabupaten Kupang kering kerontang

Jumat, 03 Juli 2015 | 14:18 WIB   Reporter: Mona Tobing
77% sawah di Kabupaten Kupang kering kerontang


KUPANG. Setelah masa panen selesai di bulan Juni, musim kemarau panjang datang. Di daerah kering dengan curah hujan rendah seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timor (NTT), sawah kering tanpa air jamak terjadi di NTT. Pemerintah seakan membiarkan kondisi ini terjadi berulang. Bahkan terkesan lamban mengatasi terjadinya kekeringan yang datang.

Salah satu Kabupaten di NTT yakni Timor Tengah Selatan (TTS) tercatat sejak Februari hinga Juni ini nyaris tanpa hujan. Akibatnya, sawah di delapan desa pada dua kecamatan TTS kering tanpa air. Kondisi ini diperparah tidak adanya sarana pengairan seperti: embung-embung dan pompa air.

Petani hanya mengandalkan sumur air yang kedalamannya berkisar antara enam sampai tujuh meter sebagai sumber perairan sawah mereka. Di kawasan ini tidak ada irigasi yang mengaliri sawah karena tidak ada bendungan.

Akibatnya, hampir 3.500 hektar (ha) di delapan desa kering tanpa air setiap musim kering datang. Sementara luas lahan pertanian di TTS seluas 4.493 ha artinya 77% sawah di TTS mengalami kekeringan. Kalau pun petani masih menanam, kondisinya amat minimalis dengan mengandalkan sumur-sumur terdekat.

Tobes Banu, Petani di Desa Oenai bercerita, kekeringan telah melanda di desanya sejak Januari lalu. Kalaupun ada air yang mengalir saat ini berasal dari sumur. Kondisi ini selalu berulang terjadi setiap tahun.

"Pada bulan ini, biasanya petani akan menanam jagung. Tapi kalaupun menanam, produktifitasnya rendah dengan panen sebesar 2,6 ton setiap per hektar," kata Tobes.

Para petani setempat berupaya mengatasi krisis air ini. Salah satunya dengan membangun sumur terdekat. Namun, aksi ini memiliki kendala biaya yang besar. Sebab, biaya untuk membangun satu sumur pada satu desa mencapai Rp 1 miliar. Biaya tersebut meliputi: pembangunan sumur plus pompa air listrik yang bisa mengairi sawah-sawah. Akibatnya, petani mengalami kegagalan panen dan musim tanam selalu mundur setiap waktu.

Akibatnya, jika musim kering datang seperti saat ini panen raya bisa turun sekitar 10% sampai 25%.

Sementara saat musim hujan datang, petani kesulitan mengolah air yang banyak datang. Selain tidak ada fasilitas seperti embung dan pompa air, daerah ini juga tidak memiliki bendungan.

Hingga saat ini, penanganan langsung masalah kekeringan juga tidak banyak dilakukan pemerintah. Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian memerintahkan Bupati untuk segera merelokasi anggaran sebesar Rp 11 miliar untuk pembangunan sumur. Sebelumnya, anggaran tersebut akan digunakan untuk pompa air.

Langkah ini dilakukan menyusul akan disalurkannya bantuan 400 unit pompa air yang disebar di NTT untuk mengatasi kondisi kekeringan yang terjadi. Tidak hanya bantuan alat, Kemtan juga bekerjasama dengan TNI dan Babinsa terkait pengairan sawah. "Target kami tahun depan kekeringan bisa teratasi dengan adanya pompa-pompa ini," ujar Amran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru