BALI - UBUD. Bank Indonesia (BI) optimistis perekonomian di Bali akan kembali meningkat di kuartal III dan IV dengan adanya perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali, yang akan dilaksanakan pada November 2022 mendatang.
Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Gusti Agung Diah Utari menyampaikan, perekonomian Bali selama dua tahun terakhir (2020-2021) terkontraksi cukup dalam.
Pada kuartal II 2022 perekonomian Bali tercatat sebesar 3,04%. Meski meningkat dari bulan sebelumnya, namun pertumbuhan ekonomi ini belum kembali ke pertumbuhan sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar 5%.
Baca Juga: Jelang KTT G20, AP I Gelar Uji Kemampuan Personel di Bandara I Gusti Ngurah Rai
Diah mengatakan, mulai pulihnya perekonomian bali ini berkat pulihnya kembali pariwisata, pelonggaran Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), dan visa yang dibuka sampai 86 negara dan saat ini sebanyak 25 negara lain sudah melakukan penerbangan langsung ke Bali.
“Semula kami pikir tidak akan sampai 20 negara yang buka ternyata di atas kespektasi kami di atas 25 negara, sehingga memberikan harapan baru wisatawan yang kebali tumbuh tinggi,” tutur Diah dalam agenda pelatihan BI di Ubud Bali, Sabtu (1/10).
Diah mencatat, pada September 2022 jumlah kedatangan Warga Negara Asing (WNA) ke Bali sebanyak 1,1 juta orang dan kedatangan dalam negeri 2,7 juta orang.
Meski masih jauh dibandingkan tahun 2019, namun dia optimistis dengan perhelatan G20 pada November dan kalender event lainnya sampai Desember 2022, pertumbuhan ekonomi Bali akan bisa meningkat di kuartal III dan kuartal IV tahun ini.
Semakin pulihnya ekonomi Bali juga ditandai dengan mulai pulihnya sektor keuangan seperti kredit, meskipun tingkat risiko pembiayaan cukup tinggi. Selain itu, pembayaran dan sistem pembayaran ritel juga meningkat sejalan pemukihan ekonomi Bali.
Baca Juga: Jokowi Minta Pemda Ajak Masyarakat Berwisata di Dalam Negeri
Diah mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian Bali turun drastis akibat sektor pariwisatanya tidak bisa berjalan karena ada nya pembatasan mobilitas masyarakat. Sehingga, belajar dari situ, menurutnya Bali tidak bisa terus menerus mengandalkan sekor pariwisata untuk jadi pendorong perekonomiannya.
Salah satunya dengan membuat konsep transformasi ekonomi, sehingga Bali bisa lebih tangguh, hijau dan sejahtera di 2045. Dalam jangka pendek transformasi tersebut akan mengembalikan sektor pariwisata.
Sementara itu, dalam jangka panjang akan fokus pada enam sektor prioritas unggulan. Di antaranya, pertanian, kelautan, perikanan, dan industry pengolahan Bali, UKM dan Industri Kecil Menengah, serta digital dan industri pariwisata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News