JAKARTA. Pemerintah Afrika Selatan berminat mengimpor rumput laut jenis "Eucheuma cottonii" hasil produksi nelayan di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kosmetik dan farmasi.
"Afrika Selatan butuh satu juta ton pasokan dalam satu tahun untuk kebutuhan bahan baku industri kosmetik dan farmasi serta tekstil," kata Kepala Bidang Budi Daya, Dinas Perikanan dan Kelautan Nusa Tenggara Barat (NTB), Sasi Rustandi, di Mataram, Rabu (16/9).
Ia mengatakan, ketertarikan terhadap rumput laut dari NTB disampaikan langsung oleh Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia, Pakamisa Augustine Sifuba, ketika mengadakan pertemuan dengan Gubernur NTB H Muhammad Zainul Majdi, beberapa hari lalu.
Duta Besar Afrika Selatan juga meluangkan waktunya mengunjungi sentra produksi rumput laut di Serewe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
Afrika Selatan tertarik membeli rumput laut NTB karena industri kosmetik, farmasi dan tekstil di salah satu negara di kawasan Afrika itu sudah cukup berkembang.
"Sudah lama berminat dengan rumput laut NTB, hanya selama ini masih melalui daerah lain, dari India, Filipina," ujar Sasi.
Untuk menindaklanjuti peluang pasar ekspor rumput laut tersebut, Sasi mengatakan, Duta Besar Afrika Selatan akan memfasilitasi pertemuan bisnis antara para pengusaha dari kedua negara. Namun, sebelumnya dijajaki dulu dengan pertemuan bilateral antara pemerintah dengan pemerintah.
"Afrika Selatan mungkin akan mendorong pengusahanya untuk melakukan penjajakan dengan pengusaha rumput laut dari NTB," ucapnya.
Kendati begitu, Sasi mengakui produksi rumput laut di daerahnya masih terbatas untuk memenuhi peluang pasar ekspor. Hal itu tidak lepas dari belum optimalnya pemanfaatan potensi lahan budi daya rumput laut yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
"Produksi rumput laut pada 2014 hanya 770.000 ton, tahun ini target hanya 800.000 ton dari luas lahan budi daya lebih 12.000 hektare. Itu baru setengah dari potensi lahan yang sudah termanfaatkan," ujarnya.
DKP NTB, kata dia, terus berupaya meningkatkan produksi rumput laut melalui pengembangan 10 kawasan minapolitan yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Selain itu, penggunaan bibit unggul dari kultur jaringan, pengembangan usaha kelompok nelayan dan memberikan bantuan sarana produktif pada kelompok-kelompok nelayan pembudidaya rumput laut.
Berbagai upaya itu diharapkan bisa meningkatkan kontribusi NTB dalam rangka memenuhi permintaan rumput laut Indonesia oleh sejumlah negara di kawasan Asia, Afrika dan Eropa.
"Selama ini, NTB lebih banyak mengekspor rumput laut ke Tiongkok, namun sekarang agak lesu karena dampak melemahnya ekonomi global. Makanya, peluang ekspor ke Afrika Selatan, bisa jadi alternatif karena tidak terlalu kena dampak menguatnya dolar Amerika Serikat," kata Sasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News