PENDIDIKAN - JAKARTA. Pendidikan merupakan landasan untuk mencapai kehidupan yang layak. Tidak memandang usia, banyak individu yang ingin mengembangkan keterampilan agar dapat mandiri, namun tidak semua lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, dapat menyediakan fasilitas yang memadai.
Masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) seringkali belum dapat mengakses fasilitas pendidikan yang memadai, menghambat pemerataan pendidikan.
Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) menjadi solusi pendidikan nonformal dengan program kesetaraan, keaksaraan, dan pendidikan anak usia dini.
Baca Juga: Askrindo Syariah Teken Kerja Sama Kogaransi dengan 6 Jamkrida
PKBM Ziona Gunungsitoli di Kepulauan Nias adalah salah satu lembaga pendidikan nonformal aktif. Namun, tantangan seperti keterbatasan ruang belajar dan jumlah peserta mencapai 250 orang (pendidikan kesetaraan dan kursus) diatasi dengan sistem belajar shift/sesi.
Ketua PKBM Ziona, Rido Favorit Waruwu, mengakui tantangan lainnya, yaitu minat belajar masyarakat yang rendah. Untuk mengatasi hal ini, strategi dilakukan dengan pembelajaran berbasis modul, tutorial daring, dan pembelajaran berbasis keterampilan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta.
Upaya digitalisasi pendidikan melalui website dan media sosial PKBM Ziona membuka peluang bagi peserta untuk belajar fleksibel. Meskipun dihadapi tantangan, PKBM Ziona mengutamakan peningkatan kualitas pembelajaran, diversifikasi program, dan kerjasama dengan pihak terkait.
Baca Juga: Balai Media Kebudayaan Dorong Media Digital untuk Memajukan Kebudayaan Lokal
Pendidikan kesetaraan diharapkan menjadi solusi bagi individu yang menghadapi kendala dalam mengejar pendidikan.
Banyak lulusan PKBM Ziona yang berhasil mengatasi berbagai rintangan, termasuk peserta yang berusia lanjut, pekerja harian, buruh, petani, PNS yang diangkat dari honorer, dan TNI yang ingin meningkatkan kualifikasi.
Cerdaskan Warga Kepulauan
Semangat belajar peserta didik di wilayah perbatasan, termasuk dalam wilayah 3T, perlu dijaga bersama. Banyak upaya dilakukan, termasuk dari PT Asuransi Kredit Indonesia (Akrindo) melalui Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
Askrindo, sebagai anggota holding perasuransian, peduli terhadap upaya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di wilayah 3T, yang memberikan akses pendidikan kepada masyarakat. PKBM di wilayah ini memiliki fasilitas belajar sederhana dengan jumlah murid dan pengajar yang terbatas, serta sarana belajar yang minim.
Baca Juga: Ini Langkah Askrindo Dorong Penetrasi Asuransi Kepada Anak-anak Muda
Direktur Utama PT Askrindo, Fankar Umran, menyatakan bahwa penyediaan komputer di PKBM tidak hanya bermanfaat untuk familiarisasi teknologi dan kesiapan kerja, tetapi juga mendukung kegiatan belajar-mengajar dan eksplorasi internet.
Ini sesuai dengan Program TJSL PT Askrindo, khususnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) No. 4 Pendidikan Berkualitas.
"Askrindo memberikan bantuan 10 Unit Komputer kepada PKBM Ziona Gunungsitoli untuk ujian akhir kesetaraan berbasis komputer (UNBK). Fasilitas ini sangat penting bagi pengajar dan murid PKBM, serta dapat dimanfaatkan oleh banyak orang di wilayah tersebut untuk mendapatkan ilmu tambahan. Melalui program komputerisasi PKBM, Askrindo berupaya membantu masyarakat memperoleh pendidikan berkualitas setara dengan kota besar," ungkap Fankar dalam siaran pers, Kamis (25/1).
Baca Juga: Askrindo dan IFG jalin Kolaborasi dengan Ekosistem BUMN Berikan Fasilitas Pendidikan
Sejak 2019, program Askrindo Peduli Pendidikan telah mengkomputerisasi 305 unit komputer di 25 PKBM di Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Ini adalah langkah konkret dalam mendukung TJSL perusahaan secara berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News