DENPASAR. Pemerintah Provinsi Bali mengusulkan pada Kementerian Kelautan dan Perikanan agar kapal-kapal sitaan dalam kasus penangkapan ikan secara ilegal, bisa ditenggelamkan di perairan Bali untuk kepentingan konservasi.
"Jadi kapal-kapal yang kami usulkan untuk ditenggelamkan di Bali mesti yang berbahan besi agar bisa jadi pemicu tumbuhnya terumbu karang baru dan rumah bagi ikan," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Made Gunaja dalam sebuah diskusi, di Denpasar, Jumat (30/9).
Menurut dia, usulan tersebut sudah dikirimkan secara resmi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Juli 2016.
"Di Bali sendiri memang ada kapal-kapal sitaan Satgas KKP, tetapi tidak tepat ditenggelamkan karena berbahan dasar fiber, sehingga tidak cocok untuk merangsang tumbuhnya terumbu karang baru," ucapnya dalam diskusi yang digelar oleh Jurnalis Lingkungan Bali dan "Conservation International Indonesia" (CII) Bali tersebut.
Dia menambahkan, Bali mengusulkan 5-10 kapal yang bersumber dari kapal-kapal sitaan di sejumlah wilayah di Tanah Air seperti Kalimantan dan Sumatera. Oleh karena kapalnya sudah ada, maka tinggal merampungkan persiapan teknis dan administrasi.
Pihak KKP memberikan konfirmasi bahwa jumlah yang akan ditenggelamkan kurang lebih sama dengan yang diusukan Pemerintah Provinsi Bali.
Pihaknya mengusulkan penenggelaman kapal di Bali tidak lepas dari semangat konservasi. Dengan penenggelaman ini maka akan ada media baru bagi terumbu karang dan rumah ikan, sekaligus destinasi pariwisata baru di perairan Bali.
Oleh karena itu, opsi yang diambil bukan penghancuran, tetapi penenggelaman. "Penghancuran dan penenggelaman tentu beda, kalau penghancuran untuk memberikan efek jera secara hukum dan mencegah penjarahan. Sedangkan penenggelaman tentu perlu teknik yang berbeda sehingga memberi manfaat bagi biota laut," tutur Gunaja.
Sementara itu, Manager Conservation International Indonesia (CCI) Bali, Made Iwan Dewantama mengatakan cocok atau tidaknya penenggelaman kapal tergantung konteksnya. Dalam artian, jika caranya dilakukan secara baik tentu akan memberikan manfaat.
"Kalau tekniknya tepat, maka akan berdampak baik bagi konservasi. Apalagi di Bali 'kan sudah ada pengalaman sebelumnya dan bisa berjalan baik," ujar Iwan Dewantama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News