Banyuwangi tuan rumah kontes kopi se-Indonesia

Senin, 19 Oktober 2015 | 20:25 WIB Sumber: Antara
Banyuwangi tuan rumah kontes kopi se-Indonesia


BANYUWANGI. Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi tuan rumah pelaksanaan Kontes Kopi Specialti Indonesia ke-7 yang digelar oleh Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI).

Ketua AEKI Pranoto Soenarto mengatakan kontes kopi ini bertujuan untuk mendorong lahirnya kopi-kopi di Indonesia yang memiliki kekhasan cita rasa dan keunggulan karakteristik.

"Lewat kontes di Banyuwangi yang merupakan salah satu produsen kopi di Indonesia ini, kami ingin meningkatkan citra kopi Indonesia di mata internasional," kata Pranoto, Senin (19/10).

Menurut dia, Indonesia menempati posisi ketiga sebagai produsen kopi terbesar dunia setelah Brasil dan Vietnam. Namun untuk kualitas, Indonesia paling unggul dibanding lainnya.

Dalam catatannya, saat ini Indonesia baru memasok 20% kopi dunia. Volume produksi kopi Indonesia sebanyak 685.089 ton, di mana sebesar 385.000 ton di antaranya diekspor.

Luas areal kopi Indonesia 1,24 juta hektare dengan produktivitas 741 kilogram per hektare. Adapun devisa yang diperoleh dari ekspor komoditas tersebut sebesar US$ 1,05 miliar.

"Secara global permintaan kopi terus bertambah. Pasokan kopi pun masih kurang 6%. Kami mendorong para petani Indonesia untuk terus menanam kopi sambil terus berupaya meningkatkan kuantitas produksi kopi para petani," kata dia.

Kontes ini di Banyuwangi diikuti oleh 137 sampel kopi yang dikirim dari petani dan perusahaan perkebunan dari seluruh Indonesia. Jumlah itu terdiri atas 76 sampel kopi jenis arabika dan 61 sampel kopi jenis robusta.

Dewan juri terdiri atas ahli dari dalam dan luar negeri. Dua di antara dewan juri tersebut sekaligus importir kopi dari Jerman dan Belanda.

"Dewan juri telah menyeleksi menjadi 20 finalis sampel arabika dan 20 finalis sampel robusta yang penilaian akhirnya dilakukan saat ini di Banyuwangi," kata Pranoto.

Kriteria penilaian pada kontes ini anta lain penampilan, rasa, dan aroma kopi. Untuk mengikuti lomba ini, petani kopi mengirimkan sampel kopi yang sudah produksi minimal 1 ton. Tujuannya agar bisa melakukan ekspor bila menang.

"Kopi yang terbaik dari kontes ini nantinya akan mendapatkan hadiah uang dan dipromosikan langsung ke luar negeri," ujar Pranoto.

Salah satu tester kopi nasional asal Banyuwangi yang juga menjadi juri, Setiawan Subekti, mengatakan, ajang yang digelar AEKI bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) ini sebelumnya dipusatkan di Jakarta. Untuk tahun ketujuh ini sengaja digelar di Banyuwangi.

"Banyuwangi dipilih sebagai tempat penyelenggaraan kontes kopi nasional karena jadi salah satu daerah penghasil kopi yang memiliki cita rasa khas," kata Setiawan.

Banyuwangi sendiri memproduksi lebih dari 9.000 ton kopi per tahun. Kopi yang diproduksi terdiri atas 90 persen jenis robusta dan 10 persen jenis arabika.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan kontes kopi ini selaras dengan upaya Pemkab Banyuwangi yang terus mendorong eksistensi kopi sebagai salah satu identitas daerah.

"Kami bangga kontes ini diadakan di Banyuwangi. Ini akan merangsang petani kopi di Banyuwangi untuk ikut menciptakan kopi terbaik," kata Anas.

Banyuwangi juga menjadikan kopi sebagai bagian dari pengembangan pariwisata daerah. Bahkan kopi telah menjadi oleh-oleh khas yang mulai banyak dicari.

Anas mencontohkan Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Mengopi Sepuluh Ribu Cangkir) yang akan digelar Selasa (20/10) di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.

Festival tersebut diadakan tiap tahun sejak 2013 untuk mengangkat eksistensi kopi Banyuwangi. Di ajang itu sebanyak 10 ribu lebih cangkir kopi akan disuguhkan kepada wisatawan untuk diminum secara gratis. (Masuki M. Astro)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru