MANGUPURA. Cinderamata berupa gelang, batu akik dan pernak pernik lainnya sebagai perhiasan pria dan wanita kini menjadi mode masyarakat Bali saat melakukan kegiatan ritual, sehingga usaha industri skala rumah tangga itu mencuat ke permukaan.
Gede Kripa Nadhi, perajin pembuat cinderamata tersebut di Abiansemal, Kabupaten Badung, mengaku omset penjualan setiap bulannya mencapai puluhan juta rupiah.
Bahkan saat berlangsungnya kegiatan ritual berskala besar "Betara Turun Kabeh di Pura Besakih Kabupaten Karangasem omset penjualannya mencapai Rp50-Rp60 juta per bulan.
Ia mengaku, keuntungan yang diperoleh dari menekuni usaha kerajinan yang tergolong baru itu lumayan besar, karena pada hari-hari bisa dapat berjualan sampai Rp10-Rp15 juta.
Hal itu berkat masyarakat Bali kini sedang menyenangi cinderamata berupa baru permata, gelang akik dan aksesoris bernuansa Hindu.
"Kami sampai kewalahan memenuhi pesanan gelang dan batu akik, karena kesulitan mendapatkan bahan bakunya," kata Gede Kripa Nadhi, Jumat (24/4).
Hasil produksi berbagai jenis cinderamata itu dipasarkan oleh agen yang memiliki toko seni di sejumlah objek wisata di Bali. "Kami di sini hanya memproduksi, hasilnya kemudian dipasarkan lebih lanjut oleh agen," jelasnya.
Cara seperti itu memudahkan dalam memproduksi dan pemasaran, karena masing-masing mempunyai tugas tersendiri.
Pihaknya juga memenuhi pesanan untuk kepentingan benda-benda yang disakralkan umat Hindu di Pura berupa liontin omkara, gelang tridatu dan gelang rudraksa dalam berbagai motif.
Pesanan serupa juga datang dari sejumlah daerah lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Lampung, Sulawesi, dan Kalimantan, ujar Gede Kripa Nadhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News