PELABUHAN - MAKASSAR. Antrian belasan kapal peti kemas untuk melakukan bongkar muat di Terminal Petikemas Makassar (TPM) semakin panjang. Bahkan sejumlah kapal harus menunggu 5-7 hari untuk dapat melakukan bongkar muat barang. Kondisi ini membuat beban biaya yang harus ditanggung pemilik kapal semakin besar.
Kepala Otoritas Pelabuhan Makassar Harno Trimadi mengatakan, menumpuknya kapal petikemas di TPM terjadi akibat kondisi terminal yang sudah overload. Kapasitas TPM hanya sebesar 600.000 twenty-foot equivalent unit (TEUs). Sedangkan barang masuk sudah mencapai lebih 670.000 TEUs.
“Ada belasan kapal yang mengantre. Kondisi ini sudah terjadi beberapa minggu. Sempat kembali normal saat Menteri Perhubungan datang, beberapa waktu lalu,” katanya dalam siaran pers, Kamis (3/1).
Selain faktor kenaikan frekuensi kapal dan barang yang masuk ke pelabuhan Makassar, tertundanya aktivitas bongkar muat belasan kapal ini juga terjadi akibat berkurangnya peralatan di TPM. Pasalnya, sebagian peralatan sudah dipindahkan ke terminal baru yaitu Makassar New Port (MNP) yang sudah diujicoba pada 2 November tahun lalu.
Masalahnya, aktivitas kapal menuju MNP tidak mulus lantaran jalur menuju terminal baru ini cukup dangkal Sehingga mayoritas kapal pengangkut petikemas lebih memilih untuk bongkar muat di terminal lama. "Untuk mengantisipasi masalah ini kita alihkan bongkar muat sebagian kapal ke terminal Multipurpose," imbuh Harno.
Berdasarkan data di TPM, beberapa kapal yang kini sedang antri adalah Maratus Menado yang akan bongkar 522 box petikemas dan muat 540 box petikemas. Kapal Strait Mas bongkar 510 box dan muat 243 box, sementara kapal CTP Innovation akan bongkar 358 box dan muat 392 box.
Capt. Zulkifli Syahril, Ketua DPC INSA Makassar mengungkapkan, antrean panjang kapal petikemas ini sudah terjadi sekitar dua bulan. Hingga kini, ada 17 kapal yang mengatre. Kondisi ini diperkirakan baru akan kembali normal pada Februari mendatang atau setelah beroperasinya Pelabuhan MNP.
“Kemarin ada kesalahan teknis. Ada perawatan pada RTG (alat pengangkutan) yang membuat kapal antre,” ungkapnya. INSA berharap pengelola terminal petikemas Makassar segera mencari solusi terbaik, sehingga pelaku usaha dapat memangkas beban biaya.
Apalagi sebagai gerbang utama perekonomian wilayah Indonesia Timur, Makassar memiliki posisi strategis dalam bisnis logistik nasional. "Semakin lama aktivitas bongkar muat barang, biaya logistik akan semakin tinggi. Apalagi tarif bongkar muat kapal juga baru naik. Kasihan pengusahanya jika situasi seperti ini terus berlarut-larut," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News