BENGKULU. Tingginya tingkat penjualan batu akik asal Bengkulu yang populer dinamai "Red Rafflesia" mendorong pemerintah setempat untuk mematenkan batuan tersebut.
"Red rafflesia ini diketahui beberapakali memenangkan kontes batu akik Nusantara hingga menjadi incaran dan buruan para pecinta akik, bahkan banyak yang datang langsung dari luar Bengkulu mencari batuan itu," kata Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah, Jumat (13/2/2015).
Junaidi mengatakan, red rafflesia memiliki memiliki warna khas layaknya bunga rafflesia, ada juga yang berwarna merah. Tingginya pengiriman batu akik jenis ini ke luar Bengkulu, ditakutkan ada pihak lain yang lebih dahulu mengklaim atau mematenkannya.
Dia menyebutkan mematenkan batu akik ini harus melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham).
Gubernur mengimbau agar Dinas Koperasi UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Provinsi Bengkulu lebih jeli dalam membaca peluang, terlebih dalam rangka menggeliatkan industri kecil melalui potensi lokal.
Menurut dia, batu akik tidak hanya dapat dijadikan sebagai batu cincin, tetapi juga dijadikan benda lain seperti halnya tasbih, sehingga manfaatnya akan lebih terasa. "Perajin batu akik juga diminta kreatif tidak saja menjadikan akik sebagai cincin tetapi sudah ada yang membuat miniatur keris, tasbih, tempat lampu dan lainnya," tambahnya.
Bahkan gubernur juga berencana menganggarkan pembelian mesin pembuatan biji tasbih dari batu akik dan mesin sejenisnya untuk mendorong perkembangan industri kreatif batu akik.
Sebelumnya Bupati Bengkulu Utara Imron Rosyadi melaporkan sepanjang 2014 terdapat lebih dari 150 taon batuan akik ke luar dari daerahnya dan tanpa dapat dikontrol oleh Pemda karena belum memiliki aturan. (Kontributor Bengkulu, Firmansyah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News