BIMA. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, memperkirakan kerugian akibat bencana banjir bandang di daerah setempat mencapai ratusan miliar rupiah.
"Untuk jumlah pastinya kita belum simpulkan, karena tim masih dalam proses pendataan dan penghitungan. Namun berdasarkan data sementara, kerugian akibat bencana banjir bandang mencapai kurang lebih dari Rp 500 miliar," kata Kepala BPBD Kota Bima, H Syarafuddin kepada wartawan, Minggu (25/12).
Menurut Syarafuddin, kerugian akibat bencana alam yang menimpa 5 kecamatan di daerah itu dihitung dari kerusakan fasilitas umum, pemukiman, dan harta benda warga.
Berdasarkan pendataan sementara BPBD, ada 105.753 penduduk terdampak banjir. Sementara fasilitas umum milik pemerintah banyak yang rusak.
Terdiri dari jembatan, perkantoran, infrastruktur jalan, sarana air bersih, dan fasilitas persampahan. Selain itu, gedung sekolah, puskesmas, dan kantor lainnya mengalami kerusakan parah.
"Fasilitas umum seperti jembatan, jalan, dan sarana prasarana lain yang mengalami kerusakan mencapai Rp 255 miliar. Sementara sarana kesehatan, ada 4 Puskesmas, 29 Puskesmas Pembantu, 29 Polindes, 1 kantor Labkesda, dan sejumlah fasilitas kesehatan milik swasta rusak dengan total kerugian sebesar Rp 66,4 miliar," sebut Syarafuddin.
Sementara untuk kerusakan rumah penduduk akibat banjir, ia mengaku saat ini masih dalam proses pendataan untuk menghitung jumlah kerugian. Begitu pula dengan hewan ternak dan lahan pertanian yang terendam lumpur akibat banjir juga sedang dilakukan pendataan.
"Kerusakan rumah warga, lahan pertanian, dan hewan ternak masih dalam proses pendataan. Sedangkan sarana pendidikan seperti sekolah-sekolah sedang kita rekap," terangnya.
Dikatakannya, selain merusak fasilitas pemerintah dan rumah penduduk, banjir yang menerjang kota tepian air itu menyebabkan aktivitas pemerintahan dan kegiatan ekonomi terganggu.
Terlebih lagi dua jembatan di daerah itu sudah terputus, sehingga menyebabkan akses transportasi di beberapa wilayah setempat menjadi terhambat.
"Sekolah diliburkan, listrik di beberapa wilayah yang rawan banjir juga masih padam. Begitu juga jaringang belum pulih," katanya.
Sementara itu, lanjut Syarafuddin, warga pengungsi yang terdampak bencana secara bertahap sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing.
"Air yang menggenangi rumah warga sudah surut total. Warga sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing," katanya lagi.
Untuk menjamin kebutuhan warga korban bencana, pihaknya intensif menerjunkan tim logistik. Pendirian dapur umum tiap kecamatan dan kelurahan pun mulai dilakukan secara efisien.
"Bantuan logistik kita salurkan melalui kelurahan. Kita juga sudah membuka dapur umum di 4 lokasi rawan bencana," pungkasnya.
(Kontributor Bima, Syarifudin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News