DENPASAR. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengimbau masyarakat membentuk sistem pertanian di kota atau "urban farming" sebagai salah satu upaya mengendalikan inflasi saat harga kebutuhan pokok melonjak.
"Ini merupakan budaya kita untuk merubah budaya masyarakat khususnya di daerah perkotaan yang konsumtif menjadi produktif," kata Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati, saat pelatihan urban farming kepada karyawan BI Bali di Denpasar, Jumat (7/8).
Untuk menggalakkan upaya tersebut, sejak satu minggu terakhir, bank sentral tersebut mengajak beberapa pihak untuk melakukan sosialisasi kegiatan tersebut, mulai dari PKK Denpasar dan Klungkung, TNI, warga binaan di LP Gianyar hingga kalangan internal bank sentral itu.
Dalam membuat urban farming itupun cukup sederhana yakni dengan memanfaatkan lahan sempit yang ada di pekarangan rumah, pipa paralon, pupuk organik dan bibit seperti cabai, sawi dan bawang merah.
Untuk memantapkan sosialisasi tersebut, BI menghadirkan Maryoto seorang petani asal Marelang, Sumatera Barat, yang memberdayakan masyarakat khususnya ibu-ibu setempat guna memanfaatkan pertanian di lahan sempit perkotaan.
Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam pertanian yang memanfaatkan lahan sempit tersebut bisa ditanami sejumlah komoditas seperti cabai, sayur mayur dan buah.
Ia menjelaskan bahwa harga komoditas tersebut kerap melonjak dan menyumbang inflasi di Bali.
"Sehingga di saat harga sayur mayur melonjak, masyarakat bisa memanfaatkan hasil pertania sendiri sehingga ini membantu ekonomi juga," imbuhnya. (Dewa Wiguna)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News