Biohidrokarbon dari olahan minyak sawit berpotensi jadi BBM masa depan

Minggu, 08 September 2019 | 18:04 WIB   Reporter: Bidara Pink
Biohidrokarbon dari olahan minyak sawit berpotensi jadi BBM masa depan

ILUSTRASI. Implementasi pemakaian bahan bakar B30


KELAPA SAWIT -  BANDUNG. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah pengolahan minyak sawit yang dapat menghasilkan bahan bakar biohidrokarbon yang terdiri dari green diesel, bensin nabati atau biogasoline, dan bioavtur atau jet biofuel.

Salah satu yang telah mengembangkan minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar biohidrokarbon adalah Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca Juga: Uni Eropa tegaskan tak ada pelarangan produk minyak sawit Indonesia

"Minyak nabati yang paling bagus itu adalah sawit. Harganya murah, tetapi kualitasnya bagus. Minyak sawit bila digambarkan, akan menghasilkan molekul yang panjang. Untuk mengolahnya menjadi hidrokarbon, tinggal memotong molekul karbondioksida di ujungnya," ujar Peneliti Teknik Kimia ITB Subagjo pada Jumat (6/9) di ITB.

Bahan bakar biohidrokarbon ini memiliki hidrokarbon yang sama dengan minyak fosil, oleh karena itu bisa menjadi pengganti bahan bakar minyak (BBM). Bahkan ini bisa dicampur ke dalam BBM tanpa batasan kadar atau bisa sampai 100%.

Lalu, bila saat ini pemerintah sedang menggalakkan program B20 yang nantinya akan diwajibkan pada 2020. B20 ini adalah program pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20% biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis solar (diesel).

Namun, menurut Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Rusman Heriawan, sebaiknya pemerintah jangan hanya menggalakkan program yang terkait dengan diesel, tetapi harus juga memperhatikan soal bensin (gasoline).

Baca Juga: Luhut: Forum infrastruktur Indonesia-Afrika bukan cuma urusan dana

"Sebenarnya dalam impor, yang bocor banyak itu bukan diesel, tetapi gasoline. Kalau memang tujuan akhir pemerintah dalam penerapan program B20, B30, dan sebagainya adalah mengurangi impor untuk memperbaiki neraca dagang, lebih baik gasoline juga diperhatikan," ujar Rusman pada Jumat (6/9) di ITB.

Subagjo lalu menambahkan, untuk saat ini, pihaknya telah siap untuk melakukan co-processing produksi biohidrokarbon Indonesia dengan menggandeng Pertamina.

Namun, ia juga meminta dukungan bagi Pemerintah untuk bisa mewujudkan kelancaran dalam proyek ini agar nantinya tidak hanya menghasilkan diesel biohidrokarbon, tetapi juga gasoline biohidrokarbon.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru