TEMANGGUNG. Tanaman tembakau di lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prahu, Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah dalam sepekan terakhir banyak yang rusak karena intensitas dan curah hujan tinggi.
Petani di lereng Gunung Sumbing di Desa Wonosari Kecamatan Bulu, Agus Parmuji pada Senin (27/4) membenarkan intensitas dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan tanaman tembakau yang baru berumur sekitar tiga hingga empat minggu banyak mengalami kerusakan.
"Tingginya curah hujan akhir-akhir ini mengakibatkan tanaman tembakau mengalami busuk batang, batang patah, dan bahkan tanaman yang masih kecil tercerabut terbawa air hujan," katanya. Menurut dia, tingkat kerusakan mencapai 40% hingga 50%.
Jika tidak menggunakan pola tanam yang benar, dikhawatirkan kerusakan bisa mencapai 50%, tetapi jika penanaman bibit tembakau dengan menggunakan polybag maka kerusakan mencapai sekitar 40%.
Ia menyatakan, tanaman tembakau yang rusak tersebut harus diganti atau disulam, agar nantinya hasil panen tetap bisa optimal. "Penyulaman tersebut tentu membuat petani harus mengeluarkan tambahan biaya tenaga kerja," katanya.
Dia berharap meskipun pada awal tanam curah hujan masih tinggi, nantinya cuaca bisa mendukung pertumbuhan tanaman tembakau sehingga hasilnya baik dengan harga tinggi.
Ia menyebutkan biaya produksi tembakau dari tanam hingga pascapanen mencapai Rp 65 juta hingga Rp 67,5 juta per hektare atau naik sekitar 30 hingga 40%, karena hampir semua komponen budidaya naik, antara lain pupuk kandang, pupuk kimia, dan kuli angkut.
Petani di lereng Gunung Prahu di Desa Kentengsari Kecamatan Candiroto, Nastain mengatakan, untuk mengganti tanaman yang rusak akibat curah hujan tinggi, pihaknya menggunakan bibit tembakau yang telah ditanam dalam polibag sehingga bisa lebih kuat.
"Saat penanaman pertama, kami memang tidak menggunakan polybag karena banyak bibit yang harus ditanam, namun untuk menyulam terpaksa menggunakan bibit dalam polybag agar tidak mudah tergerus air hujan," katanya pula.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News