AGRIBISNIS - JAKARTA. Teknologi Hemat Air melalui sistem irigasi berselang atau Irigasi Basah Kering oleh petani berwawasan iklim dari Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture (CSA) akan mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengembangkan program pompanisasi di seluruh Indonesia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama jajaran Kementerian Pertanian terus mendorong petani dan penyuluh, didukung oleh pemerintah daerah dan TNI AD, untuk menerapkan sistem pompanisasi dalam pengairan lahan persawahan.
Instruksi Mentan direspon oleh beberapa daerah, seperti pada Rapat Koordinasi antara Kementan dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) serta Komando Resort Militer (Korem) 162 Wira Bhakti serta Komando Distrik Militer (Kodim) dari kabupaten/kota di NTB, yang diselenggarakan secara hibrid, tatap muka, dan via online pada Kamis pekan lalu (28/3).
Baca Juga: Pemerintah Masih Punya Utang Subsidi Pupuk Kepada Pupuk Indonesia Rp 10,4 Triliun
Rapat koordinasi ini dipimpin oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemprov NTB, H. Husnul Fauzi, didampingi oleh Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen - Sumberdaya Lahan Pertanian Kementan (BBPSI SDLP) Rahmawati, dan Komandan Korem 162 Wira Bhakti, Brigjen TNI Agus Bhakti.
Dalam kesempatan itu, Amran menegaskan bahwa target pompanisasi adalah untuk mendukung percepatan penanaman agar air tersedia untuk meningkatkan produktivitas.
"Hal ini memungkinkan petani menanam sepanjang musim dan juga membantu mitigasi dampak El Nino terhadap penurunan produksi pangan pokok," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (2/4).
Pompanisasi dan AWD menjadi penting untuk tanaman padi yang membutuhkan air, namun bukan tanaman air. Teknologi AWD mengatur waktu penggenangan dan pengeringan lahan secara bergantian sesuai dengan kebutuhan tanaman, yang disesuaikan dengan interval waktu berdasarkan analisis tanah.
Baca Juga: Realisasi Lahan Bersertifikat ISPO Baru Mencapai 37% dari Total Lahan Kelapa Sawit
Husnul Fauzi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemprov NTB menyatakan bahwa percepatan pompanisasi di seluruh lahan persawahan di NTB, khususnya lahan tadah hujan, akan dilakukan dalam waktu dekat untuk mengantisipasi kekeringan.
Pentingnya perhatian bersama terhadap beberapa kegiatan dalam program pompanisasi, seperti pengadaan pompa air dan irigasi perpompaan, diakui sebagai langkah strategis.
Wilayah NTB didukung oleh jaringan irigasi dari Daerah Irigasi (DI) Jurang Sate Hilir dan DI Jurang Batu, yang mengairi lahan persawahan di Kabupaten Lombok Tengah. Lokasi ini menjadi fokus kegiatan CSA SIMURP pada enam Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Lombok Tengah.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan, Dedi Nursyamsi, mengajak penyuluh untuk mendampingi petani dalam menghadapi perubahan iklim dan cuaca ekstrim, serta mengingatkan pentingnya efisiensi penggunaan air.
Baca Juga: Ratusan Sapi Impor dari Australia Mati karena Wabah, Kementan Lakukan Investigasi
Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) SIMURP, Bustanul Arifin Caya, menjelaskan bahwa Program SIMURP fokus pada antisipasi perubahan iklim global dalam sektor pertanian.
Kegiatan CSA bertujuan meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian tahan perubahan iklim, mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan meningkatkan pendapatan petani di Daerah Irigasi (DI) Program SIMURP.
Project Manager SIMURP, Sri Mulyani, menjelaskan bahwa Program CSA SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan rehabilitasi mendesak pada lokasi kegiatan CSA.
Peran daerah dalam mengawal dan mendukung kegiatan CSA secara berkelanjutan sangat penting. Sosialisasi teknologi CSA di luar lokasi SIMURP juga dianggap krusial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News