Demonstration Plot CSA, Lahan Pertanian Sumsel Berupaya Tekan Emisi Gas Rumah Kaca

Kamis, 01 Juni 2023 | 15:27 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Demonstration Plot CSA, Lahan Pertanian Sumsel Berupaya Tekan Emisi Gas Rumah Kaca

ILUSTRASI. Target CSA meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian tahan perubahan iklim, mengurangi risiko gagal panen, menekan emisi Gas Rumah Kaca dan meningkatkan pendapatan petani di daerah irigasi Proyek SIMURP.


PERTANIAN -  JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) mengupayakan lahan pertanian di seluruh Indonesia mendapatkan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) untuk mengurangi hingga meniadakan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan pengukuran dan analisis pada lokasi sampel penyuluhan berupa Demonstration Plot (Demplot) Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) dari SIMURP.

Upaya menekan emisi GRK dilakukan tim CSA di Provinsi Sumatra Selatan, khususnya lokasi kegiatan SIMURP di Kabupaten Banyuasin. Pengujian berlangsung di Desa Mekarsari, Kecamatan Karang Agung Ilir pada hamparan padi seluas 30 hektar, varietas Inpari usia 42 hingga 64 hari setelah tanam (hst).

Tim Monitoring Harian CSA Banyuasin pada Senin (29/5) melaporkan gangguan hama dan penyakit tergolong ringan, dengan kewaspadaan utama pada walang sangit.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Kementan, Bustanul Arifin Caya menyebut tiga sasaran pencapaian CSA yakni yakni peningkatan Indeks Pertanaman (IP), produktivitas dan pendapatan sektor pertanian, adaptasi dan membangun ketangguhan terhadap Dampak Perubahan Iklim (DPI), dan berupaya mengurangi hingga meniadakan emisi GRK.

Baca Juga: Frisian Flag Indonesia Membuka Program Pembinaan Peternak Sapi Perah Milenial

Menurut Bustanul, penurunan emisi GRK rata-rata 37% di lokasi Demplot CSA SIMURP, direkomendasi oleh Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Pati. "Budidaya padi sawah merupakan salah satu sumber emisi GRK, yakni gas metana (CH4) yang dilepas dari lahan persawahan tergantung jenis tanah, kelengasan tanah, suhu tanah dan varietas padi," katanya dalam siaran pers Kementan, Kamis (1/6).

Program SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi lintas kementerian dan lembaga yang melibatkan Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Terkait kegiatan pengujian emisi GRK di di Desa Mekarsari, Kecamatan Karang Agung Ilir di Kabupaten Banyuasin, tim SIMURP terlebih dahulu mengirim sampel tanaman dari Demplot CSA ke Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian (Balingtan) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Penyuluh Pusat Kementan, Susi Deliana mengatakan hasil uji emisi dapat diketahui setelah dikirim ke Balingtan Pati saat usia tanam padi 30, 60 dan 90 hst.

"Saat ini usia tanam 42 hingga 64 hst, jadi sudah dua kali mengirim sampel ke Balingtan Pati, yang ketiga saat usia tanam padi 90 hst untuk uji sampel final," katanya via pesan singkat WA.

Baca Juga: Begini Jawaban Mendag Zulkifli Hasan Soal Polemik Impor Bawang Putih

Bustanul menambahkan, sektor pertanian tergolong rentan terhadap sejumlah gangguan di antaranya perubahan iklim, pemanasan global, efek rumah kaca, banjir, kekeringan, serta peningkatan permukaan air laut.

"Pertanian Cerdas Iklim pada Program SIMURP adalah pertanian ramah lingkungan, hemat air dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman, produktivitas, dan pendapatan petani sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan petani," katanya lagi.

SIMURP, kata Kapusluh Bustanul, berupaya membuka cara pandang bagaimana bertani cerdas iklim yang sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dengan berbagai kegiatan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjebak di Level 5%, Begini Kata Bappenas

"Dari kegiatan CSA diharapkan dapat dilakukan edukasi kepada petani yang bergabung dalam kelompok tani, sehingga dapat segera bertani secara cerdas iklim dan  efisien menggunakan air," kata Kapusluh Bustanul AC.

Petani, katanya lagi, diajak dan didorong mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik, menggunakan bibit varietas unggul dan tahan hama, menggunakan pestisida nabati, dan lain sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru