Dirut BPJS Ketenagakerjaan: Fokus seminar AWCF bahas revolusi industri 4.0

Selasa, 22 Januari 2019 | 14:59 WIB   Reporter: Kiki Safitri
Dirut BPJS Ketenagakerjaan: Fokus seminar AWCF bahas revolusi industri 4.0


BPJS KETENAGAKERJAAN - BALI. Dalam mendukung revolusi industri 4.0, Asian Workers’ Compensation Forum (AWCF) menggelar acara seminar di Laguna Hotel & Resort, Nusa Dua, Bali, Selasa (22/1).

Seminar ini bertujuan untuk membahas tren pengembangan perlindungan kecelakaan kerja di tengah kondisi revolusi industri 4.0 yang sedang terjadi saat ini bersama beberapa perwakilan negara Asia.

“Kami dari AWCF mengundang seluruh anggota AWCF untuk duduk bersama di Bali melakukan seminar sharing best practice, sharing pengalaman, pengetahuan terkait dengan jaminan sosial Ketenagakerjaan kaitannya dengan era digital sekarang,” kata ketua AWCF Asia sekaligus Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto.

AWCF merupakan organisasi sosial security kecelakaan tenaga kerja di Asia yang mana fokus utama dari organisasi ini adalah untuk memberikan layanan jaminan kecelakaan kerja.

“Diketahui kita dihadapkan pada perubahan yang sangat cepat karena revolusi industri 4.0, ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap sistem jaminan sosial khususnya pada kecelakaan kerja,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Agus menjelaskan seminar hari ini dilakukan dengan mengundang seluruh anggota untuk guna memikirkan strategi, antisipasi, dan membangun sebuah kerja sama yang kokoh diantara anggota AWCF.

“Kita sadari dengan adanya kehadiran revolusi industri 4.0 ini merubah semua tatanan kehidupan kita, landscape jaminan sosial berubah, landscape ketenagakerjaan berubah sehingga mau tidak mau social security atau jaminan sosial harus mengadopsi dengan perubahan itu,” ujarnya.

Agus berharap dengan kerja sama ini mempu memperkuat sinergitas antar anggota. Selain itu juga mampu membangun ide dan inovasi guan meningkatkan pelayanan kepada seluruh peserta dari masing-masing social security di setiap negara.

Dalam kesempatan ini, penerapan jaminan ketenagakerjaan di negara lain dinilai perlu untuk dibagikan mengingat, ada nilai pembelajaran yang bisa diambil dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama yang sedang dihadapkan oleh Indonesia yakni, revolusi industri 4.0.

“Kita ingin mendengar dari teman-teman di negara lain bagaimana best practice di negara lain dan bagaimana mereka melakukan antisipasi terhadap perubahan tersebut. Ini sangat penting karena jika tidak maka akan terjadi gap antara ekspektasi peserta dengan layanan yang diberikan oleh jaminan sosial,” ujarnya.

Dalam penerapannya, pemerintah turut menerapkan roadmap dalam jaminan ketenagakerjaan ini dengan sebuah tatanan ekonomi baru dan juga non standart worker (pekerja yang tidak terkait waktu kerja).

“Jadi road map revolusi industri 4.0 ini menciptakan sebuah tatanan ekonomi baru, tapi juga mencetak sebuah ketenagakerjaan baru yang kita sebut non-standard workers atau para pekerja yang tidak terikat oleh waktu dan tempat, tetapi mereka juga pekerja,” tambahnya.

Saat ini, jaminan sosial yang dicover adalah untuk para standard worker dimana mereka memiliki waktu bekerja dan tempat bekerja. Padahal, banyak pekerja yang tidak hanya bekerja pada satu perusahaan, atau bahkan ada yang bekerja antar negara.

“Dengan adanya perubahan ini, beberapa hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana sistem jaminan sosial di seluruh dunia bekerja, dengan layanan dan benefit yang seperti apa. Fokus kita juga tentunya ingin membangun dan memperkuat jaminan sosial di masing-masing negara dengan melakukan kolaborasi,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru