Elpiji naik, industri keramik terancam

Senin, 05 Januari 2015 | 09:38 WIB Sumber: Antara
Elpiji naik, industri keramik terancam

ILUSTRASI. Eksportir wajib menyimpan devisa hasil ekspor sumber daya alam paling sedikit 30% di dalam negeri selama 3 bulan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/


MALANG. Industri keramik yang digeluti para perajin di wilayah Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, sejak puluhan tahun silam. Bisnis mereka terancam bangkrut akibat naiknya harga elpiji untuk kali kedua dalam lima bulan terakhir ini.

Ketua Paguyuban Perajin Keramik Dinoyo Samsul Arifin, Senin (5/1), mengaku beberapa waktu lalu harga elpiji sudah naik yang mengakibatkan biaya produksi sudah membengkak, dan sekarang naik lagi sehingga kondisi industri keramik sekarang benar-benar diambang kebangkrutan alias gulung tikar.

"Kondisi industri keramik sekarang ini benar-benar terjepit, bahkan pada saat kenaikan harga elpiji September 2014, sudah ada beberapa perajin yang meninggalkan keramik dan beralih profesi menjadi perajin gips. Sekarang ada kenaikan harga elpiji lagi, mungkin yang beralih profesi akan bertambah lagi," ujar Samsul Arifin.

Samsul mengemukakan, untuk membuat keramik memerlukan pembakaran yang menggunakan elpiji, sedangkan gips tidak memerlukan pembakaran. Oleh karena itu, jika harga elpiji terus naik, perajin keramik akan terus merugi karena biaya produksi makin tinggi.

Dia mengklaim, biaya untuk membeli elpiji saja membengkak hingga Rp 1 juta per bulan. "Kalau kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan industri keramik Dinoyo yang sudah dirintis sejak puluhan tahun silam akan gulung tikar, sebab kalau harga jual keramik dinaikkan pasti akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen," kata Samsul.

Sementara itu, harga elpiji ukuran 12 kilogram (kg) yang sebelumnya seharga Rp 116.000 menjadi Rp 140.000 per tabung. Kenaikan harga yang cukup drastis tersebut membuat permintaan komoditas tersebut menurun drastic. Banyak pengguna elpiji 12 kg saat ini yang beralih ke tabung 3 kg.

Manajer Pemasaran PT Gading Mas Indah, Maret Sri Kusnandar mengakui bahwa adanya penurunan permintaan dari konsumen yang cukup besar.

Sebelum ada kenaikan harga, kata Maret Sri Kusnandar, pihaknya bisa menjual antara 400-500 tabung per hari. Namun setelah ada kenaikan harga, hanya terjual sekitar 300 tabung/hari.

Maret mengaku beberapa pelanggan memilih setop dulu menggunakan elpiji 12 kg setelah tahu harganya naik, bahkan ada pelanggan yang ingin pindah dulu ke elpiji 3 kg. Kenaikan harga kali ini memang sangat terasa karena baru tiga bulan naik, sekarang sudah naik lagi.

"Kenaikan harga elpiji 12 kg saat ini mencapai Rp 18.000 – Rp 20.000 ribu per tabung. Kalau dari agen, sebelumnya hanya Rp 116.000, sekarang menjadi Rp136.000, tetapi kalau di pengecer sudah seharga Rp 140.000 per tabung," ucapnya.

Salah seorang pengguna elpiji 12 kg di kawasan Dinoyo, Ariyani, mengaku dirinya terpaksa beralih ke elpiji 3 kilogram karena harga elpiji tabung biru selangit.

"La, sekarang harga elpiji 3 kg hanya Rp 16.000 per tabung, sedangkan yang 12 kg mencapai Rp 140.000 per tabung. kalau dibelikan yang 3 kg sudah dapat berapa tabung, lebih dari dua kali lipat," katanya. (Endang Sukarelawati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia
Terbaru