Fakta Dibalik Meletusnya Gunung Krakatau 1883 yang Menelan Ribuan Korban Jiwa

Selasa, 26 April 2022 | 13:16 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Fakta Dibalik Meletusnya Gunung Krakatau 1883 yang Menelan Ribuan Korban Jiwa

ILUSTRASI. Fakta Dibalik Meletusnya Gunung Krakatau 1883 yang Menelan Ribuan Korban Jiwa. ANTARA FOTO/Atet Dwi Pramadia/wpa/ama/18


FAKTA MENARIK -Jakarta.  Saat ini status Gunung Anak Krakatau sudah dinaikkan ke tingkat Level 3 atau Siaga per tanggal 24 April 2022. 

Berkaitan dengan meningkatnya aktivitas Gunung Anak Krakatau, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), melalui Instagram-nya, melarang masyarakat, pengunjung, wisatawan, dan pendaki untuk mendekati gunung yang terletak di tengah Selat Sunda ini dalam radius 5 km dari Kawah Aktif.

Jauh sebelum peristiwa ini, terjadi letusan yang dahsyat di Gunung Krakatau yang merupakan cikal bakal dari Gunung Anak Krakatau. 

Gunung Krakatau merupakan salah satu gunung berapi yang terkenal di dunia dan memiliki catatan sejarah erupsi yang panjang. 

Baca Juga: Daftar 14 Jenis Imunisasi Dasar Lengkap untuk Anak dan Jadwal Pemberiannya

Dikutip dari Encyclopedia Britannica gunung ini terletak di Selat Sunda, diantara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera serta terletak di sepanjang lempengan tektonik Indo-Australia dan Eurasia. 

Salah satu erupsi gunung Krakatau yang paling terkenal terjadi pada tahun 1883 dimana erupsi tersebut merupakan yang terbesar hingga berpengaruh ke banyak negara di dunia. 

Kedahsyatannya bahkan membuat suhu bumi turun hingga beberapa tahun setelah letusan terjadi. Simak beberapa fakta menarik erupsi Gunung Krakatau tahun 1883 di bawah ini, dirangkum dari Mental Floss dan Live Science.

Tanda-tanda erupsi sudah terasa sejak bulan Mei

Erupsi Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883. Namun, tanda-tandanya sudah tampak sejak bulan Mei di tahun yang sama. 

Sebelumnya Gunung ini "tertidur" selama 200 tahun lamanya. Setelah sekian lama tertidur, Gunung Krakatau mulai menampakkan aktivitas vulkaniknya pada 20 Mei 1883. 

Pada saat itu, awan abu mulai tampak hingga ketinggian 11 km di atas pulau. Guncangan terasa hingga ke Batavia (Jakarta) yang berjarak hampir 50 km lebih dari Gunung Krakatau. 

Letusannya terdengar hingga ribuan kilometer

Gunung Krakatau mulai meletus pada 26 Agustus 1883. Pada saat meletus, awan abu membumbung tinggi hingga ketinggian 35 km. 

Erupsi terparah terjadi keesokan harinya tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1883. Gunung Krakatau meletus sebanyak 4 kali selama 4.5 jam. Letusan tersebut dimulai pukul 5.30 pagi. 

Baca Juga: Bisa Sebabkan Kecelakaan saat Mudik, Ini ciri-ciri & Cara Mencegah Microsleep

Letusan yang dihasilkan sangat hebat. Saking hebatnya, letusan Gunung Krakatau bahkan terdengar hingga negara lain yaitu Sri Lanka dan Australia. 

Letusan yang terakhir tercatat menjadi letusan yang terhebat yang terjadi pukul 10.02 pagi. Kekuatannya bahkan melebihi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima.

Menyebabkan tsunami besar

Karena letusannya yang besar, guncangan yang terjadi juga sangat dahsyat. Guncangan saat letusan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami besar yang menyapu wilayah di sekitarnya. 

Ketinggian tsunami pada saat itu mencapai 36 meter lebih. Korban jiwa dari letusan Gunung Krakatau sebanyak 36,417 jiwa dimana 90 persen diantaranya meninggal akibat hantaman tsunami. 

Memuntahkan debu hingga belasan kubik kilometer 

Selain magma, letusan gunung juga mengeluarkan abu. Abu letusan Gunung Krakatau pada saat itu mencapai 17 kubik kilometer.

Tidak hanya di Indonesia, abu tersebut tersebar hampir ke seluruh bagian di dunia. Saking banyaknya abu yang dikeluarkan, Matahari sampai tidak terlihat selama 3 hari di sekitar area gunung akibat tertutup abu.  

Baca Juga: Rekrutmen PTT BPJS Kesehatan 2022 Dibuka di Banyak Posisi, Cek Syaratnya Ini

Suhu bumi turun hingga beberapa tahun

Banyaknya debu yang dimuntahkan saat letusan Gunung Krakatau mampu menutupi atmosfer Bumi. Hal ini menyebabkan suhu bumi turun hingga 1,2 derajat Celcius.

Suhu tersebut bertahan hingga 5 tahun setelah letusan terjadi. Setelah letusan yang hebat tersebut, Gunung Krakatau kembali tenang.

Pada tahun 1927, beberapa nelayan menemukan aktivitas vulkanik di bekas letusan Gunung Krakatau. Dalam waktu beberapa minggu saja, puncak gunung baru terbentuk.

Dalam setahun gunung tersebut membentuk sebuah pulau kecil yang kemudian dinamai Pulau Anak Krakatau. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tiyas Septiana
Terbaru