Genjot Ekonomi Papua dan Papua Barat, Ini Upaya Kepala BKPM

Kamis, 27 Februari 2020 | 20:26 WIB   Reporter: Rahma Anjaeni
Genjot Ekonomi Papua dan Papua Barat, Ini Upaya Kepala BKPM

ILUSTRASI. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)?Bahlil Lahadalia


INVESTASI - SORONG. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, investasi hijau (green investment) di Papua dan Papua Barat merupakan salah satu cara pemerintah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi secara merata. Terlebih, saat ini pertumbuhan ekonomi di Papua dan Papua Barat sangat sedikit bahkan cenderung minus.

Untuk itu, saat ini pemerintah sedang gencar mendorong investasi hijau dalam rangka melakukan peremajaan terhadap investasi di sektor perkebunan, seperti pala, kakao, rumput laut, serta kopi. "Percuma pertumbuhan ekonomi itu baik kalau kemudian tidak merata ke tingkat rakyat. Tugas pemerintah ke depan adalah bagaimana memberikan pemerataan pertumbuhan ekonomi itu. Salah satu caranya adalah sektor perkebunan dan pertanian serta perikanan," ujar Bahlil di Sorong, Kamis (27/2).

Pada pertemuan investasi yang digelar di Sorong Rabu (26/2) sampai Kamis (27/2), pemerintah secara intensif membahas master plan serta melakukan pemetaan dari rencana investasi. Untuk tahap awal, pemerintah akan fokus melakukan investasi di sektor komoditas yang sebelumnya memang sudah ada di kawasan tersebut.

Dalam hal ini, komoditas yang dimaksud adalah kakao, pala, rumput laut, serta kopi. Pemilihan komoditas ini didasarkan pada keseharian penduduk Papua yang memang telah akrab dengan keempat produk tersebut.

Jadi, dengan mengembangkan produk ini, nantinya pemerintah tidak perlu lagi mengedukasi sumber daya manusia (SDM) lokal dalam melakukan pemeliharaan komoditas. Pasalnya, mereka sendiri lebih memahami bagaimana cara merawat dan mengembangkan komoditas ini. "Jadi tidak perlu kami ajarkan rakyat lagi, ini yang sedang kami tingkatkan," tambahnya.

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan SDM lokal di Papua dan Papua Barat sudah cukup mendukung. Namun, memang ada beberapa kebiasaan serta pola pikir yang perlu diubah, seperti kebiasaan cepat bosan dan cepat puas saat melakukan sesuatu, serta kurang bekerja keras. Menurutnya, tidak ada keberhasilan yang dapat dicapai apabila tidak dibarengi dengan kerja keras.

"Saya pikir kita jangan terlalu pesimis dengan SDM kita. Kita orang Papua itu pintar-pintar. Satu saja yang kita tidak konsekuen, kita punya fighting spirit tidak terlalu bagus. Kalau pintar, pasti orang Papua pintar-pintar kok," kata dia.

Selanjutnya, Bahlil bilang hal yang menjadi masalah atau penghambat terbesar dalam melakukan investasi di Papua adalah infrastruktur, tanah, dan kerusuhan. Pada konteks pertanahan, secara khusus Bahlil meminta pada Gubernur Papua dan Papua Barat untuk menyelesaikan setiap urusan pertanahan apabila ada investasi yang masuk ke daerahnya. Pasalnya, jika permasalahan ini tidak segera diatasi, maka tentu akan menghambat para investor yang ingin berinvestasi khususnya di Papua dan Papua Barat.

Mengenai kerusuhan yang kerap terjadi di Papua,  hal ini tidak akan menghambat investasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Menurutnya, daerah di mana komoditas ini ditanam, sangat aman dan terbebas dari polemik dan kerusuhan.

"Memang tidak bisa dinaifkan bahwa investor akan datang salah satu di antaranya stabilitas keamanan, tapi itu kan di Papua pegunungan. Kalau kita di sini saya pikir clear, nggak apa-apa, kalau kemarin itu dinamika saja," kata Bahlil.

Ia menuturkan bahwa di setiap tempat di Indonesia pasti memiliki potensi munculnya gejolak. Namun, hal itu dapat diatasi dengan bergantung pada mekanisme serta strategi dari masyarakat serta pemerintah setempat untuk meredamnya. "Saya yakin ke depan Papua Barat khususnya akan baik kok," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fahriyadi .

Terbaru