BANDUNG. Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan, faktor aksesibilitas jadi penyebab masih sangat rendahnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke provinsi tersebut.
"Kenapa wisman ke Jabar kecil hanya 1,1 juta? Ini karena aksesibilitas," kata Deddy Mizwar di Bandung, Selasa (14/3). Padahal, jumlah wisatawan Nusantara ke Jabar justru tercatat paling tinggi dibandingkan provinsi lain.
Menurut Deddy, berkisar 80%-90% wisman datang ke suatu tujuan wisata menggunakan akses melalui udara. Sementara, aksesibilitas melalui udara di Jabar belum memadai. "Jadi sekarang lapangan udara harus dikembangkan di Jabar," katanya.
Deddy menilai pariwisata merupakan sektor yang paling cerah sehingga perlu dikembangkan lebih serius di Jabar yang tercatat sebagai provinsi terpadat di Indonesia.
Untuk itu, pihaknya telah menyiapkan proyek Bandara Citarate di Kabupaten Sukabumi, Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran, dan Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka. Untuk Bandara Nusawiru saat ini sedang dalam tahap revitalisasi dengan salah satunya upaya perpanjangan landasan pacu atau runway hingga mencapai 2.200 meter.
"Nusawiru akan dibantu pemerintah pusat untuk perpanjangan runway. Lahannya sudah siap tinggal menunggu pembangunan konstruksinya saja," ujar Deddy.
Setelah tuntas dibangun, Nusawiru nantinya bisa didarati pesawat berbadan besar. Menurutnya, akses menuju Green Canyon yang hanya terpaut 6 km, Pantai Batu Karas yang berjarak 12 km, dan Pananjung, Pangandaran yang terpaut 30 km dari Nusawiru langsung terbuka lebar.
Pemprov juga sedang memperbaiki akses menuju Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi yang nantinya akan dikoneksikan dengan Bandara Citarate. "Ini sekaligus untuk memuluskan jalan Geopark Ciletuh masuk ke dalam jaringan geopark dunia atau Unesco Global Geopark," kata Deddy.
Satu bandara lainnya, adalah Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang sedang dibangun di Kertajati, Majalengka. BIJB bahkan diperkirakan akan menjadi bandara terluas di Indonesia dan menjadi bandara kedua terbesar setelah Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng, Banten.
"Luas Bandara Kertajati yaitu 1.800 hektare. Ada juga lahan seluas 3.200 hektare yang digunakan untuk aero city. Ini bisa dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan wilayah dan pariwisata yang ada di Cirebon Raya," papar Deddy.
Bandara Kertajati dibangun untuk menggantikan fungsi dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung. Bandara ini akan dilengkapi dengan akses jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan dan juga akses kereta. Luas terminalnya bahkan mencapai 92.000 meter persegi yang bisa menampung 5-6 juta penumpang.
Bila sudah beroperasi pada akhir 2017 atau awal 2018 nanti, runway Bandara Kertajati akan mengalahkan panjang runway Bandara Soekarno-Hatta yang berukuran 3.660 meter. Saat ini, untuk runway terpanjang di Indonesia dimiliki Bandara Hang Nadim (Batam) yaitu 4.025 meter.
Sementara, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi dukungan dari Pemprov Jawa Barat untuk menyiapkan infrastruktur destinasi wisata.
"Konektivitas udara ini salah satu yang sangat krusial dalam pariwisata bersama amenitas. Saya senang, pelan-pelan hal itu sudah mulai dibenahi di Jabar," kata Arief.
(Hanni Sofia Soepardi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News