Harga cabai di Pangkalpinang meluncur tajam

Minggu, 18 Januari 2015 | 12:41 WIB Sumber: Antara
Harga cabai di Pangkalpinang meluncur tajam

ILUSTRASI. Buah untuk Menurunkan Hipertensi.


PANGKALPINANG. Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung (Babel), mengalami penurunan yang cukup tajam. Harga cabai meluncur dari kisaran Rp 95.000 menjadi Rp 50.000 per kilogram.

"Harga cabai merah dan sayur mayur lainnya seperti bawang, tomat, kentang dan lainnya turun karena pasokan dari daerah sentra produksi di Pulau Jawa dan Sumatera kembali berlimpah," kata pedagang sayur mayur, Herniwati di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Minggu (18/1).

Ia menjelaskan, harga bawang merah turun menjadi Rp 17.000 dari Rp 20.000 per kilogram, tomat turun Rp 10.000 dari Rp 15.000 per kilogram, bawang putih turun Rp 15.000 dari Rp 18.000 per kilogram.

Sementara itu, cabai rawit masih bertahan tinggi Rp 100.000 per kilogram, karena pasokan dari petani lokal terbatas.

"Penurunan cabai merah dan sayur mayur lainnya ini, berdampak langsung terhadap permintaan ibu rumah tangga yang meningkat," ujar Herniwati.

Untuk memenuhi permintaan cabai konsumen, kata dia, pedagang hanya mengandalkan pasokan dari petani luar provinsi yang saat ini sedang panen raya. "Harga cabai merah masih cukup tinggi, karena biaya transportasi cabai dan sayur mayur lainnya melalui pesawat udara cukup tinggi," kata dia.

Biasanya pasokan sayur mayur melalui kapal laut, namun karena cuaca di perairan memburuk terpaksa pengiriman sayur dilakukan melalui jasa angkutan udara.

Ia berharap, harga sayur mayur ini terus mengalami penurunan, sehingga akan berdampak terhadap peningkatan penjualan dan omset pedagang.

"Kami akan lebih mudah menjual dagangan, jika harga semakin murah," katanya.

Demikian juga, Teti pedagang sayur lainnya mengatakan, Saat ini pasokan cabai rawit dari luar daerah seperti dari Jawa, Medan, Palembang dan lainnya lancar dan harga kembali turun.

"Untuk memenuhi permintaan cabai dan sayur mayur lainnya. kami hanya mengandalkan pasokan dari luar daerah karena hasil pertanian petani lokal tidak memadai untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi," ujarnya. (Aprionis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia
Terbaru