Hingga saat ini, masyarakat asli Papua tak percaya virus corona

Kamis, 05 November 2020 | 06:30 WIB Sumber: Kompas.com
Hingga saat ini, masyarakat asli Papua tak percaya virus corona

ILUSTRASI. Ilustrasi masyarakat Papua.


VIRUS CORONA - MIMIKA. Sampai saat ini, masih banyak warga di Papua yang tidak percaya dengan pandemi virus corona, penyebab Covid-19. Padahal, Covid-19 telah merenggut nyawa lebih dari 1 juta jiwa di seluruh dunia. 

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Mimika, Obet Tekege mengatakan, mayoritas warga asli Papua di Mimika sama sekali tak percaya Covid-19. Hal itu menjadi hambatan terbesar bagi petugas kesehatan untuk menelusuri riwayat kontak erat pasien terkonfirmasi positif Covid-19. 

"Sampai saat ini masyarakat asli Papua tidak percaya akan adanya virus corona, mereka menganggap virus itu dibawa dari luar. Ini tentu menjadi hambatan karena secara data sebagian orang asli Papua di Mimika kini terpapar virus corona," kata Obet di Timika seperti dikutip dari Antara, Rabu (4/11/2020). 

Obet yang menjabat sebagai ketua Tim Tracing Contact Covid-19 Mimika itu menambahkan, ketidakpercayaan warga itu justru memunculkan stigma bagi para pasien dan keluarga mereka. Para petugas yang menelusuri riwayat kontak pasien terkonfirmasi positif Covid-19 juga mendapat sambutan tak ramah dari warga. Tak jarang, para petugas dicaci maki oleh warga. Bahkan, ada petugas yang mengalami kekerasan fisik. 

Baca Juga: Satgas Covid-19 dan Kemenkes luncurkan program penguatan tracing di 51 kabupaten/kota

"Kami dicaci maki habis-habisan oleh warga, bahkan rekan-rekan kami dilempari batu. Mereka menuding saya seolah-olah Tuhan karena menentukan apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak. Masyarakat mengancam mendatangi dan akan merusak rumah saya," kata Obet.

Obet menjelaskan, warga yang tak percaya dengan Covid-19 tidak hanya yang bermukim di pinggiran Kota Timika seperti Kwamki Lama, SP13, dan SP7. Masyarakat yang tinggal di Kota Timika pun tak jauh berbeda. "Apalagi yang tinggal di rumah-rumah kos, itu paling susah untuk ditemui oleh petugas kami karena mereka takut akan adanya stigma dari tetangga yang lain," tuturnya. 

Baca Juga: IDI : Jumlah pasien Covid 19 bakal melonjak dalam dua pekan usai long weekend

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru