Inflasi tahunan Jakarta 2016 tercatat 2,37%

Selasa, 03 Januari 2017 | 20:18 WIB   Reporter: Adinda Ade Mustami
Inflasi tahunan Jakarta 2016 tercatat 2,37%


JAKARTA. Inflasi Jakarta sepanjang tahun 2016 tercatat sebesar 2,37% year on year (YoY), jauh lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun sebelumnya yang sebesar 5,93% YoY. Bahkan inflasi Jakarta juga lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,02% YoY.

Capaian inflasi Jakarta pada tahun lalu tersebut didukung oleh terjaga inflasi Jakarta pada bulan Desember 2016 yang tercatat sebesar 0,27%.

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta mengatakan, rendahnya inflasi Jakarta tahun lalu, terutama disebabkan oleh masih relatif terbatasnya tingkat permintaan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena aktivitas perekonomian yang belum terlalu bergairah, baik Jakarta maupun di tingkat nasional.

Selain itu, rendahnya harga-harga komoditas energi dan transportasi seiring perkembangan harga minyak internasional yang rendah, turut memberikan andil terhadap rendahnya tarif transportasi.

Tak hanya itu, rendahnya inflasi tersebut juga cerminan dari upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terus menjaga kestabilan harga pangan strategis melalui perbaikan manajemen stok dan rantai pasokan pangan.

"Koordinasi pengendalian inflasi antara Pemprov DKI Jakarta dengan Bank Indonesia dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang cukup intens telah membawa inflasi bahan makanan yang relatif rendah, yaitu sebesar 5,31% YoY, lebih rendah dari rata-rata lima tahun sebelumnya yang sebesar 8,53% YoY," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P Juwono," dalam keterangan resmi, Selasa (3/1).

Namun dengan memerhatikan pola perkembangan harga-harga terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta hingga Desember 2016, rencana kebijakan pemerintah ke depan dan prospek perekonomian domestik yang diprakirakan membaik, inflasi pada tahun 2017 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2016.

Pihaknya melihat, kenaikan inflasi tersebut terutama dipicu oleh rencana pemerintah untuk mencabut subsidi listrik kelompok 900 VA secara bertahap pada pada tahun 2017. Pencabutan subsidi listrik tersebut tidak hanya berdampak pada naiknya tarif tenaga listrik, tetapi juga harga barang dan jasa lainnya, terutama yang berasal dari industri rumahan, serta sewa dan kontrak rumah.

Selain listrik, rencana kebijakan pemerintah dalam melakukan distribusi tertutup untuk elpiji tiga kilo gram (kg) dan kebijakan lainnya seperti kenaikan upah minimum provinsi tahun 2017, juga akan berkontribusi terhadap kenaikan inflasi tahun 2017.

Tak hanya itu, prospek ekonomi yang diperkirakan membaik, cenderung diikuti oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa, sehingga turut meningkatkan tekanan inflasi.
 
"Penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI dalam menentukan langkah-langkah strategis pengendalian inflasi terus ditingkatkan," tambahnya.

Di sisi pangan, perluasan koordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan kerjasama antardaerah akan dilakukan. Di sisi lain, TPID juga akan melakukan penguatan fungsi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (Informasi Pangan Jakarta atau IPJ) agar dapat berfungsi lebih optimal dalam menjangkar harga pangan di Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru