PALU. Sebuah perusahaan asal Jepang yang bermitra dengan Ocean Global Nutrition Indonesia berniat membangun tambak udang vaname tanpa menggunakan pakan berbahan kimia. Tujuan mereka adalah tambak di Sulawesi Tenggara.
"Mereka sudah bertemu Gubernur Sulteng Longki Djanggola untuk melaporkan rencana investasi tersebut," kata Pejabat Perusda Sulteng Helmy D. Yambas di Kota Palu, Kamis (21/5), yang mendampingi para investor tersebut selama kunjungan di Sulteng.
Investor Jepang yang merupakan importir udang besar di Negeri Sakura yang menemui gubernur itu adalah Azuma dan seorang rekannya, didampingi Komisaris Ocean Global Nutrition Indonesia Yoyok Sunaryo.
Gubernur Longki Djanggola yang didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Bunga Elim Somba menyambut gembira rencana investasi tersebut, dan akan memberikan bantuan yang diperlukan selama investor itu serius untuk merealisasikan invetsasinya.
Komisaris Ocean Global Nutrition Indonesia Yoyok Sunaryo mengemukakan bahwa timnya berkunjung ke Kota Palu untuk melihat dari dekat lokasi-lokasi yang yang cocok untuk pembangunan tambak udang vaname, tanpa pakan berbahan kimia itu.
"Kami sudah menembangkan tambak jenis ini di Yogyakarta dan mitra kami di Jepang siap menjadi penampung berapapun jumlah produksinya. Namun, ekspansi tambak di Yogya terlalu tinggi karena harga tanah terlalu tinggi," ujarnya.
Yoyok yang juga Komisaris Bank Bukopin itu mengaku mendapat calon lokasi di Kabupaten Sigi, dan bila lokasi itu dianggap cocok, ekspansi tambak jenis ini akan segera direalisasikan.
Ia menjelaskan bahwa tambak udang tapa pakan berbahan kimia itu mengandalkan plankton sebagai bahan makanan udang. Plankton itu bisa dirangsang untuk bertumbuh secara pesat di dalam tambak dengan teknologi fermentasi kotoran ternak sapi yang dihasilkan Ocean Global Nutrition.
"Produk udang tanpa sentuhan bahan kimia seperti ini memiliki pasar di Jepang, dan akan terus berkembang sehubungan dengan semakin tingginya mintak konsumen dunia terhadap udang yang tidak terkontaminasi sama sekali dengan bahan kimia," ujar Yoyok di sela meninjau tambak udang supra intensif Indoensia di Kelurahan Mamboro.
Ia mengakui bahwa produktivitas tambah jenis ini tidak tinggi dan waktu panennya lebih lama dibanding tambak supra intensif, namun harga ekspornya jauh lebih tinggi dan pasarnya sudah pasti, sehingga bisnis tetap menarik dan bisa melibatkan petambak-petambak tradisional.
Sulawesi Tengah dipilih menjadi salah satu daerah tujuan investasi karena memiliki hamparan pantai yang panjang dan dekat dengan jalan raya untuk transportasi sarana produksi dan panen. (Rolex Malaha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News