Izinkan Pameran Rokok Internasional, Surabaya Dinilai Gagal sebagai Kota Layak Anak.

Rabu, 09 Oktober 2024 | 18:09 WIB   Reporter: Whiwid Anjani
Izinkan Pameran Rokok Internasional, Surabaya Dinilai Gagal sebagai Kota Layak Anak.

ILUSTRASI. Indonesia kembali menjadi sorotan karena mengizinkan penyelenggaraan pameran rokok internasional di Surabaya.


ROKOK – JAKARTA. Polemik terkait batalnya kenaikan cukai rokok masih belum selesai. Kini, Indonesia kembali menjadi sorotan karena mengizinkan penyelenggaraan pameran rokok internasional World Tobacco Asia (WTA) yang akan berlangsung di Surabaya.

Acara ini dinilai bertentangan dengan visi Surabaya yang telah enam kali dinobatkan sebagai Kota Layak Anak (KLA) dengan predikat utama. Selain itu, Surabaya juga menjadi Kota Layak Anak Dunia pertama di Indonesia yang diakui dengan akreditasi dari United Nations Children’s Fund (UNICEF).

“Mengizinkan WTA diadakan di Surabaya adalah sebuah ironi besar. Surabaya, yang telah mendapat predikat sebagai Kota Layak Anak di tingkat internasional dan nasional, seharusnya tidak menjadi tuan rumah bagi acara yang mempromosikan produk tembakau, yang jelas-jelas berbahaya bagi anak-anak,” ujar Manik Marganamahendra, Ketua Umum IYCTC, Rabu (9/10).

Baca Juga: APTI Nilai Kemasan Rokok Polos Tanpa Merek Ancaman Bagi Petani Tembakau

Manik juga menambahkan bahwa penyelenggaraan WTA melanggar indikator Nomor 17 Kota Layak Anak, yang melarang adanya iklan, promosi, dan sponsorship rokok. Jika WTA tetap dilaksanakan, hal ini akan mengancam status Surabaya sebagai Kota Layak Anak Paripurna.

Surabaya perlu kembali berkomitmen sebagai Kota Layak Anak, dan mengambil peran sebagai garda terdepan dalam melawan promosi produk tembakau serta melindungi generasi muda dari risiko adiksi nikotin.

Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), bersama Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) menyatakan penolakan tegas terhadap acara ini. Mereka telah mengirimkan surat resmi terkait pembatalan WTA kepada PJ Gubernur Jawa Timur, PJ Wali Kota Surabaya, serta kementerian terkait.

Baca Juga: Menakar Dampak Kebijakan Penerapan Kemasan Rokok Polos

"Keputusan ini bukan sekadar menolak sebuah pameran, tetapi merupakan langkah strategis untuk melindungi masa depan bangsa. WTA tidak boleh dibiarkan berlangsung, apalagi kembali ke Indonesia, karena dampak destruktifnya akan mengancam tumbuh kembang anak," tutup Manik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru