Kemtan dan FAO lakukan edukasi penyakit hewan

Jumat, 02 Juni 2017 | 23:25 WIB
Kemtan dan FAO lakukan edukasi penyakit hewan


Reporter: Elisabeth Adventa  | Editor: Hendra Gunawan

TANGERANG. Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kemtan) bekerjasama dengan Food and Agricultural Organisation (FAO) meluncurkan Program Epidemiologi Lapangan untuk Veteriner Indonesia (PELVI).

“Program ini menyediakan sumberdaya epidemiologi veteriner lapangan yang dapat bekerjasama dengan pemilik hewan. Nantinya bisa menyelidiki, menganalisis, dan melaporkan jika ada temuan wabah penyakit hewan di lapangan” kata Fadjar Sumping, Direktur Kesehatan Hewan di Hotel Grand Zuri, Tangerang, Rabu (31/5).

Menurut Fadjar, penyakit hewan merupakan salah satu ancaman yang harus dikendalikan dan diberantas. Karena, penyakit hewan dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup banyak jika tidak dikendalikan.

Selama proses pengendalian penyakit hewan di Indonesia banyak tantangan geografis maupun demografis yang sangat kompleks. “Maka, diperlukan kapasitas sumberdaya manusia yang kompeten di bidang epidemiologi dan kapasitas diagnostik yang memadai di laboratorium," ungkap Fajar.

PELVI akan mendukung peningkatan kesehatan hewan yang dilakukan dengan menerapkan ilmu berbasis bukti secara obyektif. Fajar menjelaskan tiga point utama tujuan PELVI, pertama menciptakan tenaga kesehatan hewan dengan kemampuan epidemiologi lapangan berbasis praktik keterampilan.

Kedua, menyediakan tenaga kesehatan hewan yang mandiri dan mampu memberikan keputusan berdasarkan bukti lapangan. Ketiga, memberikan dampak positif pada perekonomian, komunitas, pertanian yang diperoleh dari peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman kerja dari dokter hewan pemerintah.

“Kami berharap bagi para peternak dan masyarakat, apabila ada permasalahan dalam beternak, terutama ditemukan indikasi penyakit, jangan segan-segan untuk mencari pertolongan kepada petugas lapangan atau dokter hewan terdekat," kata Fajar.

Masyarakat termasuk peternak dapat juga melaporkan setiap kejadian penyakit melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS).

Fajar kembali menjelaskan, sasaran PELVI sendiri di antaranya memperluas pengetahuan dan penggunaan dengan pendekatan multi disiplin epidemiologi penyakit dan ekologi. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan. Selanjutnya, dapat menjembatani kesenjangan dalam standardisasi metodologi pengambilan data, termasuk percobaan dan investigasi lapangan.

"Yang terakhir, sasarannya adalah meningkatkan pengetahuan dan aplikasi analisis risiko dalam surveilans dan pengendalian penyakit hewan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru