Kisah Pelaku UMKM di Yogyakarta Terlepas dari Jeratan Lintah Darat

Senin, 24 Oktober 2022 | 13:37 WIB   Reporter: Adrianus Octaviano
Kisah Pelaku UMKM di Yogyakarta Terlepas dari Jeratan Lintah Darat

ILUSTRASI. Pedagang UMKM di Tamansari Yogyakarta


BANK - YOGYAKARTA. Keberadaan rentenir atau kerap dikenal dengan lintah darat ternyata belumlah punah. Seperti yang diceritakan Ninik Ainiyah yang merupakan pelaku UMKM di kawasan wisata Tamansari Yogyakarta.

Ia bercerita sempat menggunakan jasa rentenir selama kurang lebih dua tahun untuk modal usahanya. Kala itu, Ninik memiliki kios kecil yang menjual makanan dan minuman. Tak khayal, penghasilan harian dari Ninik yang didapat harus disisihkan untuk membayar utang ditambah bunga yang tinggi.

“Rata-rata saya sekali pinjam mencapai Rp 1 juta, nanti balikinnya ya Rp 1,5 juta,” ujarnya.

Baca Juga: Holding BUMN ultra mikro akan efektif mengatasi rentenir dan pinjol ilegal

Ninik pun mengaku bahwa selama menggunakan jasa rentenir ini tidak pernah terpikirkan bahwa bunga yang diberikan terlalu tinggi. Baginya, ketika membutuhkan uang, jalan satu-satunya ya pinjam ke para rentenir ini.

Perlahan, kebiasaan Ninik meminjam ke lintah darat ini mulai berhenti. Berawal ketika tim BPD DIY yang jemput bola untuk memberikan informasi tekait Kredit Pemberdayaan Ekonomi Daerah (Pede) ke pelaku UMKM.

Ya, Kredit Pede ini merupakan implementasi dari Generic Model Skema Kredit Pembiayaan Melawan Rentenir Skema 3 (GM K/PMR) yang menjadi inisiatif OJK yaitu penyediaan kredit/pembiayaan yang cepat dan murah.

Awal mulanya, Ninik mendapat fasilitas pinjaman dengan senilai Rp 2,5 juta dari BPD DIY. Ketika mengetahui informasi penyaluran pinjaman tersebut, ia pun bercerita kepada suami untuk mendapatkan persetujuan. “Yo jelas izin suami dulu karena kan yang tanda tangan berdua,” katanya.

Syukurnya, ia berkisah dengan memperoleh pinjaman modal tersebut, ia kini bisa melakukan ekspansi usahanya. Dari awalnya yang berjualan makanan dan minuman, kini ia berjualan kerajinan tangan dan pakaian yang bisa diborong pengunjung Tamansari.

Dari kiosnya yang sekitar 2x3 meter ini, Ninik memiliki modal usaha yang senilai Rp 15 juta yang kebanyakan berupa pakaian-pakaian anak. Untuk pendapatan bersihnya per hari rata-rata mencapai Rp 25.000. “Itu tergantung pengunjung ramai atau tidak,” imbuhnya.

Tak hanya itu, Ninik juga mengaku seringkali masih didatangi oleh rentenir untuk menawarkan pinjaman. Hanya saja, ia menolak para lintah darat itu dengan mengatakan bahwa dirinya sudah mendapatkan layanan pinjaman dari BPD DIY. “Mereka akhirnya risih jadi pergi sendiri,” katanya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran BPD DIY Agus Tri Murjanto juga bercerita bahwa pernah bertemu dengan rentenir di pasar-pasar kala sedang melakukan upaya jemput bola untuk kredit Pede ini.

Baca Juga: Melibas lintah darat online

Seperti ciri khas rentenir pada umumnya, Agus cerita para rentenir ini membawa tas besar yang isinya uang tunai. Ditambah, mereka membawa buku besar dan pensil untuk mencatat utang-utang para nasabahnya.

“Untungnya kita tidak pernah ada keributan dengan para rentenir ketika melakukan sosialisasi,” ujarnya.

Ia menambahkan, biasanya para nasabah kredit Pede ini tertarik bergabung karena mendapat informasi dari para nasabah yang memang sudah pernah mendapat fasilitas pinjaman.

“Kami ini senang kalau yang pinjam itu ibu-ibu, karena mereka pasti selalu mengutamakan membayar angsurannya, jadi 99,9% lancar bayar,” ujar Agus.

Sebagai informasi, kredit Pede ini telah tersalurkan mencapai Rp 26 miliar dari awal periode 2020 hingga Oktober 2021. Sementara, nasabah kredit Pede sudah ada lebih kurang 3.000 rekening, dengan satu rekening bisa digunakan untuk beberapa orang di dalam kelompok usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru