CSR - Saat ini, masyarakat Desa Singa Gembara tak perlu khawatir menghadapi lonjakan kenaikan harga bahan pangan, terutama telur sebagai salah satu sumber protein hewani berkualitas tinggi, bergizi, dan mudah diolah dalam berbagai menu makanan.
Pasalnya, desa yang terletak di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur ini terbilang berhasil mewujudkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan pekarangan rumah, melalui beternak maupun berkebun. Program swasembada pangan ini digerakkan melalui unit terkecil kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang disebut Dasawisma.
Di Dasawisma RT 18 misalnya, hampir setiap pekarangan rumah tampak dipadati ragam tanaman hortikultura yang dapat dikonsumsi keluarga seperti sawi, cabai, tomat, dan kangkung; selain tanaman bunga-bungaan sebagai penghias. Sedangkan sebagai usaha ternak, desa ini terkenal dengan peternakan ayam petelurnya.
Baca Juga: Masuk ke Bisnis Pembangkit Batubara, ITMA Akuisisi 25% saham Oksigen Natural Esa
Warga Desa Singa Gembara, Esra Rande Padang mengatakan, berkat hasil kebunnya, kini ia tidak pernah lagi berbelanja sayuran. Hasil ternak ayamnya pun berperan lebih dari sekadar mencukupi pangan keluarga.
“Hasil dari ternak ayam ini juga bisa menjawab kebutuhan warga sekitar, misalnya berupa telur maupun bibit ayam,” tutur perempuan yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar ini.
Saat ini Esra memelihara masing-masing 200 ekor ayam dewasa dan ayam anakan. Tepat di sebelah kandang ayam, ia juga mengoperasikan mesin penetas telur.
Menurutnya, dari sekali masa penetasan, hasil yang didapat 150 hingga 170 butir telur yang kemudian dipasarkan kepada konsumen.
“Jadi sekarang saya memelihara ayam sekaligus juga bisa menjadi penopang perekonomian keluarga,” tandas Esra yang menggarap ternak dan kebunnya sepulang ia mengajar kesehariannya.
Baca Juga: Produksi Batubara Dipacu, Ini Produsen Batubara Terbesar di Indonesia
Esra menjelaskan bahwa kotoran ayam juga bisa dimanfaatkan untuk penyubur tanaman dan diproses sedemikian rupa sehingga aroma kurang sedap tidak mengganggu lingkungan sekitar rumahnya.
Caranya, dengan membuat lapisan alas pada kandang ayam, yang terdiri dari beberapa material seperti pasir kering, kapur, dan sekam padi untuk meminimanisir bau tak sedap dari kotoran ayam.
Saat kandang dibersihkan, kotoran ternak yang telah terfermentasi dan bercampur dengan pasir tadi digunakan sebagai pupuk di kebun sayurnya.
Cara beternak ayam tanpa polusi bau tersebut dipelajari dan dipraktikkan Esra melalui pembinaan dari pemerintah desa bersama tim pembimbing dari PT Kaltim Prima Coal (KPC). Selain itu, warga juga mendapatkan bantuan bibit ternak sebagai langkah awal.
“Awalnya dibantu oleh KPC untuk 100 bibit ternak ayam beserta pakan ternaknya. Kami diberikan pendampingan di awal, dan hingga sekarang kami sudah bisa mandiri,” jelasnya.
Ia berharap, program seperti ini dapat terus berlanjut untuk memberikan dukungan bagi masyarakat, sehingga semakin banyak warga yang nantinya akan dapat mengelola ternak secara mandiri dan meningkat kesejahteraan hidupnya.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Bidik Produksi Batubara 82 Juta Ton Tahun Ini
KPC merupakan perusahaan penambang batubara, anak usaha dari PT Bumi Resources, Tbk. (BUMI) yang beroperasi di Kutai Timur, wilayah di mana Esra tinggal. Kegiatan pembinaan peternak ayam petelur ini menjadi salah satu wujud kontribusi perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat.
“Kita punya lahan bekas tambang yang dijadikan pilot project ternak ayam petelur. Yang menarik, awalnya kita sebagai pionir di lahan tersebut, lalu setelah 2 tahun jadi pusat pembelajaran komunitas, kemudian terbentuk konsorsium, muncul koperasi, dan sebagainya; sekarang (komunitas tersebut) sudah bisa dilepas dan cukup dimonitor,” papar Wawan Setiawan, General Manager External Affairs and Sustainable Development (ESD) KPC dalam keterangan resminya, Rabu (3/4).
Ia menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 45 kelompok peternak ayam yang sudah mandiri dan dari jumlah tersebut diharapkan masih akan terus bertambah
“Sekarang untuk seluruh kebutuhan telur di Kutai Timur sekitar 40% disupply dari komunitas kita,” tutur Wawan.
Di bawah program pengembangan masyarakat, berbagai langkah nyata telah disumbangkan BUMI melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Baca Juga: Hilirisasi Batubara di Indonesia Terkendala Terbatasnya Teknologi
Guna mendorong swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, lahan digarap sebagai pusat pembelajaran (pelajar, mahasiswa, komunitas), edutourism dan ecotourism, serta menjadi ekosistem bagi beragam pilot project pemberdayaan potensi lokal.
Selain agrobisnis ternak ayam, di area bekas tambang wilayah Kutai Timur juga telah berdiri pusat Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) yang juga telah mampu memasok sebagian susu segar beserta olahannya, bahkan juga telah berhasil memasok daging sapi ke pasar lokal.
Komitmen pemberdayaan masyarakat telah menjadi Core Competence bisnis BUMI, seperti yang selalu disampaikan Presiden Direktur BUMI, Adika Nuraga Bakrie, “BUMI dan unit usahanya terus menjalankan praktik-praktik dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat. Hal ini merupakan bentuk kontribusi BUMI dalam mewujudkan SDGs serta aspek-aspek Environmental, Social and Governance (ESG),” papar pria yang akrab disebut Aga Bakrie ini pada kesempatan sebelumnya.
“Langkah-langkah pelestarian lingkungan serta komitmen untuk memberikan manfaat bagi masyarakat menjadi fokus utama kami,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News