KUD Mulus Rahayu di Riau panen perdana lahan sawit seluas 310 hektar

Selasa, 04 Desember 2018 | 14:14 WIB   Reporter: Kiki Safitri
KUD Mulus Rahayu di Riau panen perdana lahan sawit seluas 310 hektar

ILUSTRASI. KUD Mulus Rahayu panen perdana sawit di Riau


PERKEBUNAN SAWIT - RIAU. Usai lahan plasma (perkebunan rakyat) di kabupaten Siak, Riau dilakukan peremajaan tahun 2016, kini KUD Mulus Rahayu mulai memanen sawit seluas 310 hektar (ha). Bekerja sama dengan mitra petani, Asian Agri dan Bank Mandiri Syariah, KUD Mulus Jaya melakukan panen perdana pada Selasa (4/12).

“Kami juga berharap keberhasilan kami dalam melakukan peremajaan kebun ini dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan petani lain yang masih ragu meremajakan kebun sawitnya yang sudah tidak produktif,” kata Pawito Saring, Ketua KUD Mulus Rahayu, Selasa (4/12).

Peremajaan lahan plasma ini diikuti sebanyak 135 petani lokal. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan berkelanjutan yang diberikan oleh Pemerintah setempat kepada para petani kelapa sawit di Siak.

"Ini yang menjadi persoalan agar progres ini bisa kita tingkatkan di Desember dan Januari. Sebenarnya pemerintah sudah siapkan Rp 5 triliun yang di kucurkan ke daerah. Cuma sekarang progres peremajaan sawit di Riau masih rendah," kata Bupati Siak, Drs. H. Syamsuar H. Syamsuar.

Head of Plantation Asian Agri, Omri Samosir menyebut bahwa replanting itu perlu dilakukan usai perkebunan melewati usia 25 tahun masa produtif. Jika tidak dilakukan replanting maka produktivitas sawit akan menurun. "Ini dilakuan agar pekebunan bisa lebih produktif. Namun tidak sedikit petani yang ragu untuk meremajakan kebun kelapa sawit mereka," Omri.

Omri menilai, kendala terbesar petani mau melakukan replanting ini adalah masalah pendapatan. Ini karena selama replanting petani tidak mendapatkan penghasilan, sehingga petani memilih untuk melanjutkan tanam yang sudah bertahun-tahun.

"Petani menilai itu tak mudah. Banyak yang perlu diberdayakan baik dalam segi waktu dan biaya, keterbatasan pengetahuan dalam melakukan peremajaan dan masalah pendapatan petani saat masa tanaman belum mnghasilkan antara 1 tahun-3 tahun," ujarnya.

Kekhawatiran ini juga dibenarkan oleh Pawito. Namun adanya dengan sistem kemitraan, hal ini bisa diselaraskan. "Melalui kemitraan dengan perusahaan, selain memperoleh bantuan dan pendampingan dalam masa persiapan hingga proses peremajaan, kami mendapatkan pelatihan ekonomi alternatif seperti salah satunya yang kami usahakan adalah ternak ikan patin, sehingga penghasilan kami tetap terjaga hingga saat ini,” ujar Pawito.

Saat ini, dengan menjalankan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang digiatkan oleh Pemerintah Indonesia, diharapkan kesejahteraan petani sawit dapat meningkat. "Hari ini petani akan melihat hasil dari replanting, dan diharapkan dapat terus mendorong kesejahteraan petani selanjutnya," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .
Terbaru