Longspan LRT Jabodebek Disebut Salah Desain, Ini Bantahan Menteri Basuki

Selasa, 08 Agustus 2023 | 04:32 WIB Sumber: Kompas.com
Longspan LRT Jabodebek Disebut Salah Desain, Ini Bantahan Menteri Basuki

ILUSTRASI. Beredar isu bahwa jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek salah desain. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono membantahnya.


POLEMIK LONGSPAN LRT JABODEBEK - Beredar isu bahwa jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek salah desain. Namun, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membantah hal tersebut.

Menurutnya, tingkat kelengkungan longspan LRT Jabodebek sudah sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia. Pihaknya pun telah mengeluarkan sertifikat dari Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ). 

Dia juga memastikan, konstruksi longspan LRT Jabodebek yang dibangun di Gatot Subroto-Kuningan, Jakarta ini masih sesuai dengan ketentuan keselamatan transportasi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). 

"Coba bayangkan dari Warung Buncit ke Rasuna Said itu kan 90 derajat, kalau misalkan mau dilengkungkan panjang wah hotel-hotel harus habis semua. Tapi ini masih masuk dalam koridor keselamatan transportasi," ujarnya saat ditemui di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Senin (7/8/2023). 

"Jadi konstruksinya sudah oke, itu bukan salah desain," tegasnya. 

Sementara mengenai laju LRT Jabodebek yang harus melambat hingga 20 kilometer per jam saat melintasi longspan tersebut, dia menjelaskan hal tersebut merupakan hal yang wajar dilakukan oleh moda transportasi kereta api. 

Baca Juga: Proyek LRT Jabodebek Bisa Molor Lagi, Desain Tikungan Jadi Soal

"Misalnya di kota berapa kecepatannya 30-40 km per jam. Kalau ditingkungan itu 20 km per jam ya wajar kan, mau kecepatan berapa lagi? wong di lurus saja cuma 30-40 km per jam, jadi di tikungan semua kereta api pasti melambat," jelasnya. 

Sebelumnya, Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai, konstruksi longspan LRT Jabodebek ini justru sudah optimal. Pasalnya, dengan desain konstruksi yang sudah dibangun saat ini, kontraktor tidak periu membebaskan tanah untuk membangun tiang jembatan. 

Terlebih di wilayah tersebut banyak gedung kedutaan besar dan gedung perkantoran sehingga pasti akan membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pembebasan tanah. 

"Nah kalau di tengah ya itu optimalnya sekarang. Kalau mau lebih lebar, itu kan sudah 115 (meter, radius lengkung), kalau mau seperti MRT yang 180 ya itu nanti nabrak gedung yang di seberang itu. Nggak bisa, karena akan nabrak dan membebaskan tanah pada kedutaan segala di situ. Jadi sekarang yang optimal," ujar Agus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/8/2023).

Baca Juga: Masih Ada Masalah di Lapangan, Operasional LRT Jabodebek Molor

"Dulu itu mau lebih lebar, tiang pancang yang di Jalan Gatot Subroto itu harus ada di jalur busway, ya itu mengorbankan. Kami tidak setuju waktu itu karena buswaynya mau dikemanain? Jadilah itu yang sekarang terjadi, itu optimalnya segitu, nggak bisa lagi diapa-apain," tambahnya. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru