TELEKOMUNIKASI - Sebagai pekerja proyek base transceiver station atau BTS 4G di pedalaman Papua, Herman jelas tidak bisa menyembunyikan rasa takut dan cemas atas keselamatan diri dan teman-temannya.
Bagaimana tidak? Pada awal Maret lalu, delapan pekerja yang sedang memperbaiki BTS di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Meski rasa takut menghantui, Herman yang sedang membangun BTS 4G di Distrik Murkim, Kabupaten Pegunungan Bintang, merasa aman lantaran masyarakat menjaganya. "Rasa takut berkurang," kata pria asal Sulawesi Selatan itu.
Ya, keamanan menjadi salah satu tantangan utama dalam pembangunan BTS 4G oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) di Papua dan Papua Barat.
Baca Juga: Menembus Pedalaman Papua demi Buka Isolasi Komunikasi
"Kejadian lalu yang menewaskan pekerja memberikan refleksi kepada BAKTI, kami langsung melakukan konsolidasi dengan TNI dan Polri," kata Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latif.
Sebab, untuk tahap pertama saja, BAKTI Kominfo akan membangun infrastruktur telekomunikasi tersebut sebanyak 2.765 BTS 4G yang terdiri dari tiga paket. Perinciannya: 2.220 di Papua dan 545 di Papua Barat.
"Kami telah memerintahkan konsorsium (pemenang tender) agar setiap pembangunan melakukan kordinasi dengan pihak keamanan, memastikan selalu ada pengawalan khususnya di daerah yang memiliki isu keamanan cukup tinggi," ujar Anang.
Senada, Kepala Dinas Kominfo Pegunungan Bintang Alferus Sanuari menyatakan, situasi keamanan berpengaruh kepada pelaksanaan proyek BTS 4G di Papua dan Papua Barat. "Ada rasa takut dan khawatir dari para pekerja proyek BTS," ungkapnya.
Baca Juga: Mengantar Masyarakat Papua dan Papua Barat Bermigrasi ke Era Digital
Untuk itu, Pemkab Pegunungan Bintang ikut mendampingi para pekerja saat melakukan pembangunan BTS 4G. Dan, meminta masyarakat untuk mendukung dan menjaga para pekerja yang sedang melaksanakan pengerjaan proyek.
Hanya, Alferus mengungkapkan, Pemkab Pegunungan Bintang belum merekomendasikan melanjutkan proyek BTS 4G di Distrik Kiwirok, menyusul peristiwa September 2021 lalu.
Pasca komandan operasi KKB Ngalum Kupel Elly M. Bidana tewas dalam kontak tembak dengan personel TNI di Kiwirok, kelompok kriminal bersenjata melakukan pembakaran sejumlah fasilitas umum, seperti puskesmas, sekolah, hingga kantor Bank Papua.
Dalam aksi tersebut, seorang tenaga kesehatan, Gabriella Maleani tewas dan empat lainnya terluka. "Jadi, sampai sekarang kami belum bisa rekomendasikan untuk tim masuk ke sana (Kiwirok)," kata Alferus.
Baca Juga: Indonesia Merdeka Sinyal Internet, BAKTI Kominfo Siap Tuntaskan 4.200 BTS 4G di Papua
Tak hanya saat pembangunan, masalah keamanan juga menjadi tantangan saat BTS 4G beroperasi. "Pengamanan pasca pembangunan menjadi penting untuk mengamankan agar layanan bisa berlangsung berkelanjutan," ujar Anang.
Dalam menjaga inftrastuktur telekomunikasi tersebut, BAKTI Kominfo melibatkan masyarakat setempat. "Menunjuk site keeper (orang yang menjaga BTS 4G) berasal dari kampung setempat. Pendekatan ini cukup efektif untuk menjaga infrastruktur tersebut," imbuh dia.
Selain itu, Anang menambahkan, literasi kepada masyarakat setempat menjadi penting, bahwa jika terjadi sesuatu dengan BTS 4G bisa menyebabkan sinyal hilang dan jaringan telekomunikasi menjadi terputus.
"Dengan skema ini, diharapkan agar layanan internet bisa hadir terus menerus tanpa terputus," harapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News