BANDUNG. Satu dekade lalu, nama Gedebage tak setenar sekarang. Pamor kecamatan di Bandung Timur ini melambung saat Pemerintah Kota Bandung, mengembangkan Stadion Gelora Bandung Lautan Api atau Stadion Utama Sepakbola Gedebage.
Popularitas makin menjadi ketika Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, bertemu Presiden Joko Widodo mengajukan proposal pembangunan Bandung Technopolis pada Kamis (26/2) di Bogor.
Bandung Technopolis akan dimulai konstruksinya pada April 2015 mendatang. Sebagian besar pengembangan akan digarap oleh pengembang properti, PT Summarecon Agung Tbk.
"Porsi Summarecon sebesar 70%. Kami hanya mengarahkan konsepnya harus seperti apa. Karena kalau tidak diarahkan dan ditetapkan konsepnya, lahan yang digarap Summarecon hanya akan jadi perumahan," papar Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, saat diwawancara Kompas.com, di Balai Kota Bandung, Senin malam (2/3).
Menurut Emil, Bandung Technopolis akan dijadikan sebagai Central Business District (CBD) berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Potensial
Mengapa PT Summarecon Agung Tbk, tertarik masuk pasar Bandung, khususnya kawasan Gedebage?
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan PT Summarecon Agung Tbk, Michael Yong, mengatakan, ekonomi Bandung cukup bagus. Karena itu, perseroan berani masuk kota ini.
"Ekonominya cukup bagus. Bahkan perseroan menargetkan penjualan senilai Rp 1 triliun per tahunnya," ungkap Michael, Senin (2/3).
Menariknya kawasan Gedebage, juga diakui Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Jawa Barat, Irfan Firmansyah. Menurut Irfan, kawasan Gedebage akan tumbuh dan berkembang menyamai Bandung pusat.
"Harga lahannya terus menanjak naik. Sebelum ada wacana pembangunan Bandung Technopolis, harga lahan masih berada pada angka Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per meter persegi. Kini sudah melejit jadi Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per meter persegi," papar Irfan.
Harga lahan mengalami perubahan signifikan, kata Irfan, sejak PT Summarecon Agung Tbk bergerilya mencari lahan garapan untuk ekspansi bisnisnya.
"Saat itu, medio 2010 rumor mengenai masuknya pengembang raksasa ini ke Gedebage makin santer. Warga pemilik tanah pun berlomba memasang harga tinggi," kisah Irfan.
Selain Summarecon, lanjut Irfan, ada banyak pengembang lain yang mengincar kawasan Gedebage. Meski tak bersedia menyebut nama, Irfan memastikan pengembang tersebut merupakan pengembang skala nasional yang telah bekerjasama dengan investor asing, demikian juga dengan pengembang lokal.
"Anggota DPD REI Jabar sendiri banyak yang memiliki rencana mengembangkan perumahan di Gedebage. Mereka sebelumnya memang telah memiliki lahan di sini, dan direalisasikan tahun 2015," buka Irfan.
Managing Director Corporate Strategy and Services Sinarmas Land Group, Ishak Chandra, menegaskan, meski Sinarmas Land belum memiliki proyek di kawasan ini, namun, ia mengakui potensi investasinya sangat prospektif dan potensial untuk dikembangkan.
"Kami memang saat ini belum memiliki landbank. Jadi kami akan cari lokasi di Bandung yang sesuai dengan investment criteria kami," tandas Ishak.
Sebagai informasi, Sinarmas Land merupakan salah satu pengembang nasional yang telah menjalin aliansi strategis dengan investor asing, di antaranya Hong Kong Land, dan AEON Group. Mereka membangun hunian Nava Park dan AEON Mall di BSD City, Tangerang Selatan, Banten.
Infrastruktur
Daya tarik Gedebage sebagai kawasan pengembangan masa depan, tidak hanya terletak pada rencana pembangunan berbagai macam fasilitas dan perumahan. Melainkan juga pada rencana pembukaan Pintu Tol langsung menuju Gedebage.
Pintu Tol Gedebage yang berlokasi di KM-149 Tol Purbaleunyi akan dimulai pembangunannya pada Januari 2015. Tahapan pembebasan lahan pintu tol itu sudah dilakukan sejak akhir 2014. Sementara proses pembangunannya dalam kurun Januari-Maret 2015.
Nantinya, Pintu Tol Gedebage akan terkoneksi dengan Jalan Sorkarno-Hatta. Selain itu juga akan menjadi pintu menuju stadion Gelora Bandung Lautan Api sebagai tempat utama penyelenggaraan PON XIX/2016.
"Dengan berbagai rencana tersebut dan didukung oleh orientasi pengembangan menuju kawasan Bandung Timur, Gedebage akan menjadi sentra pertumbuhan bisnis baru. Dengan demikian, pemerataan pembangunan akan terwujud dan tidak lagi terkonsentrasi di Bandung Pusat," tambah Irfan.
Dikatakan Michael, Summarecon akan mengawali pengembangan di Gedebage dengan membangun perumahan terlebih dulu. Perumahan ini menyasar segmen pasar menengah ke atas. Rumah-rumah yang dibangun akan ditawarkan dengan harga berkisar antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar per unit.
Michael menjelaskan, pengembangan rumah di Summarecon Bandung akan terdiri dari 10 klaster, masing-masing klaster sekitar 300 unit. Jadi total rumah yang akan dibangun sebanyak 3.000 unit.
Selain perumahan, pengembang dengan kapitalisasi pasar Rp 26 triliun, juga akan membangun pusat bisnis (central business district atau CBD) di dalam Summarecon Bandung.
Seperti halnya portofolio milik Summarecon lainnya yakni Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, dan Summarecon Bekasi, di CBD Summarecon Bandung juga akan berisi pusat belanja, ruko, hotel, dan fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas pendidikan, dan olahraga.
"CBD akan mulai digarap setelah terbangun empat hingga lima klaster perumahan," pungkas Michael. (Hilda B. Alexander)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News