MRT Jakarta Terus Genjot Pendapatan Non Tiket pada 2023

Rabu, 16 Agustus 2023 | 11:51 WIB   Reporter: Dimas Andi
MRT Jakarta Terus Genjot Pendapatan Non Tiket pada 2023

ILUSTRASI. PT MRT Jakarta (Perseroda) terus memacu peningkatan pendapatan nontiket . KONTAN/Baihaki/26/04/2023


MRT - JAKARTA. PT MRT Jakarta (Perseroda) terus memacu peningkatan pendapatan nontiket atau non-farebox mengingat potensi yang bisa digali cukup besar.

Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat menyampaikan, pada 2022 lalu MRT Jakarta membukukan pendapatan sebanyak Rp 1,46 triliun atau tumbuh sekitar 21,3% dari tahun sebelumnya. Pendapatan MRT Jakarta pada 2022 terbagi atas pendapatan subsidi senilai Rp 808,20 miliar, pendapatan non tiket senilai Rp 503,17 miliar, dan pendapatan tiket senilai Rp 155,62 miliar.

Untuk tahun ini, MRT Jakarta menargetkan mampu meraih pendapatan yang kurang lebih sama dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dilandasi oleh kondisi ekonomi Indonesia, khususnya Jakarta, yang baru saja pulih usai pandemi Covid-19.

“Kami coba pertahankan pendapatan MRT supaya sama dibandingkan tahun 2022 dengan jumlah penumpang rata-rata 85.000 per hari,” ujar dia dalam diskusi media, Selasa (15/8).

Baca Juga: Mengapa Jokowi Beri Subsidi Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

Dia juga menyebut, besaran subsidi yang diterima MRT Jakarta pada 2023 sama dengan tahun sebelumnya. Bersamaan dengan itu, MRT Jakarta juga terus berambisi meningkatkan porsi pendapatan non tiket. Bukan tidak mungkin suatu saat ini, pendapatan non tiket MRT Jakarta dapat menyaingi perolehan subsidi dari pemerintah.

Secara historis, pendapatan non tiket MRT Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2020 lalu atau ketika pandemi, MRT Jakarta mencetak pendapatan non tiket sebesar Rp 382,67 miliar, kemudian naik menjadi Rp 473,57 miliar pada 2021, dan naik lagi menjadi Rp 503,17 miliar.

Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta Farchad Mahfud mengatakan, pendapatan non tiket MRT Jakarta didominasi dari segmen periklanan (advertising) yakni 40,3% dan naming rights sebesar 28,1%.

Selain itu, pendapatan non tiket MRT Jakarta juga datang dari segmen payment fee sebesar 24,3% yang tercipta berkat kerja sama antara MRT Jakarta dengan sejumlah bank dan lembaga transaksi keuangan. Ada pula pendapatan non tiket yang berasal dari segmen bisnis ritel sebesar 4,2%.

Sementara itu, segmen transit oriented development (TOD) baru berkontribusi 0,4% terhadap seluruh pendapatan non tiket MRT Jakarta lantaran segmen ini belum lama digarap oleh perusahaan moda transportasi tersebut.

Manajemen MRT Jakarta pun berupaya meningkatkan porsi pendapatan non tiket pada 2023 lewat pendekatan akselerasi, digitalisasi, dan kolaborasi. Salah satu bentuk strategi konkret MRT Jakarta dalam menggenjot pendapatan non tiket adalah memperluas potensi bisnis media periklanan dan menggiatkan penjualan naming rights.

“Kami masih ada beberapa stasiun yang punya nilai jual dan punya akses menjangkau penumpang dengan jumlah hampir 100.000 orang per hari,” ungkap Farchad, Selasa (15/8).

Baca Juga: Jokowi Minta Ada Subsidi Tarif untuk LRT Jabodebek

MRT Jakarta juga bakal melanjutkan pengembangan infrastruktur TOD sebagai upaya peningkatan pendapatan non tiket. Sejauh ini, MRT Jakarta telah membangun kawasan TOD di sekitar jalur MRT misalnya Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Blok M; Simpang Temu Lebak Bulus; Park and Ride Lebak Bulus; Simpang Temu Dukuh Atas; Plaza Transit Jalan Mahakam; dan lain-lain.

Tidak hanya membangun infrastruktur, MRT Jakarta juga berusaha menghidupkan kawasan TOD melalui acara-acara di kawasan tersebut yang akan mendorong masyarakat mau memakai transportasi umum. Taman Literasi Martha Christina Tiahahu menjadi salah satu contohnya, yang mana banyak aktivitas dan acara-acara publik yang berlangsung di sana.

“Kami berusaha memaksimalkan kegiatan pedestrianisasi yang membuat orang bergerak dan terintegrasi dengan stasiun MRT maupun moda transportasi lainnya. Efisiensi mobilitas menjadi satu capaian dari pengembangan kawasan TOD,” pungkas Farchad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru