JAYAPURA. Secara nasional, Indonesia memang mencatat terjadinya deflasi atau penurunan harga berbagai kebutuhan pada September 2015 lalu. Namun, hal sebaliknya di Merauke, Papu masih terus terjadi tren kenaikan harga berbagai kebutuhan hidup.
"Di Merauke pada September 2015 terjadi inflasi sebesar 1,33% atau terjadi kenaikan angka IHK dari 121,58 pada Agustus 2015 menjadi 123,20 pada September 2015," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Didiek Koesbianto, di Jayapura, Kamis (1/10).
Menurut Didiek, kenaikan harga barang dan jasa di Merauke ditunjukkan oleh kenaikan angka indeks pada kelompok pengeluaran, yaitu, kelompok bahan makanan 3,66%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,82%.
Selanjutnya kelompok kesehatan 0,89%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 5,01%; dan kelompok sandang 0,2%.
"Kelompok pengeluaran barang dan jasa yang mengalami penurunan indeks, adalah kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar 0,09% dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan turun 2,21%," papar Didiek.
Kenaikan harga yang cukup signifikan mendorong terjadinya inflasi di Merauke pada periode tersebut adalah kenaikan harga kangkung, cabai rawit, kacang panjang, beras, ikan asin belah, daging sapi, terong panjang, seng, gado-gado, es, sandal kulit, mujair, anggur, buncis dan lain-lain.
"Sedangkan beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga, antara lain bawang merah, udang basah, batu bata, pasir, bawang putih, cabai merah, daging ayam kampung, daging ayam ras, apel, air kemasan, cokelat bubuk instan, tomat buah, pepaya, wortel, semangka, jeruk, minyak goreng dan lain-lain," kata Didiek.
Didiek menambahkan, laju inflasi Merauke yang sebesar 1,33% lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang mengalami tren penurunan harga atau deflasi 0,05%.
Didiek mengatakan, dari 82 kota IHK, tercatat 46 kota mengalami inflasi dan 36 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,33% dan terendah di DKI Jakarta 0,01%.
Sementara deflasi terbesar terjadi di Sibolga sebesar 1,85% dan terendah di Bandung 0,01%. (Dhias Suwandi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News