GORONTALO. Stok beras di Gorontalo Utara berkurang akibat aksi "ekspor lokal" (antarpulau) ke wilayah-wilayah di Pulau Jawa.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan (Diskoperindag) Karlina Yahya usai melakukan pantauan di sejumlah pasar tradisional di Gorontalo Utara, Senin (23/2).
Ia mengatakan, menerima laporan dari Pemerintah Kecamatan di berbagai wilayah, diantaranya Kecamatan Ponelo Kepulauan terkait melonjaknya harga beras mencapai Rp500 ribu per karung atau sekitar Rp10 ribu per kilogram.
"Kami langsung berkoordinasi dengan instansi teknis terkait di Pemerintahan Provinsi Gorontalo, agar bisa secepatnya melakukan operasi pasar. Sebab tidak hanya mahal, namun stok beras di daerah ini sangat kurang," ujarnya.
Ia mengatakan, tingginya harga beras akibat sulitnya pedagang mencari sumber-sumber beras.
"Hampir seluruh gilingan di daerah ini, tidak lagi menyimpan stok beras akibat tingginya permintaan pengiriman ke luar Gorontalo," kata Karlina.
Pihaknya berharap, musim panen yang diperkirakan mulai terjadi awal Maret segera memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dan ikut menormalkan kembali harga jual beras.
Saat ini, lanjutnya, pasokan dari pihak Bulog sangat diharapkan untuk mencegah kelangkaan beras serta menekan harga.
Sementara itu, naiknya harga beras disambut gembira oleh para petani. Seperti yang diungkap salah seorang petani dari Kecamatan Gentuma Raya, Misran Modanggu.
Ia yang mulai menerapkan pola tanam jajar legowo dan menanam padi organik berharap, harga beras di daerah ini bertahan hingga musim panen nanti.
"Minimal saat musim panen nanti, harga beras masih di kisaran Rp450 ribu-Rp475 ribu per karung agar petani bisa menikmati harga yang sesuai," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News