KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mahalnya harga kelapa bulat berimbas pada produk turunannya, yakni santan. Hal ini dirasakan juga oleh seorang pedagang nasi uduk, Elia.
Elia mengatakan jika saat ini ia hanya membeli kelapa parut sebanyak dua butir per hari. Padahal sebelumnya, ia biasa menggunakan sampai tiga butir per hari untuk dijadikan santan pada olahan nasi uduk jualannya.
Pengurangan penggunaan santan ini terpaksa ia lakukan supaya margin keuntungannya tak menipis dan juga harga nasi uduknya tak mengalami kenaikan.
"Beli ya tetep beli, tapi dikurangin, dulunya tiap hari 3 (butir) jadi 2. Harga nasi uduknya tetap," terang Elia kepada Kontan.co.id, Minggu (27/4).
Baca Juga: Meski Harga Turun, Pasokan Kelapa Masih Seret
Hal sama ternyata juga dirasakan oleh penjual nasi padang di daerah Kecamatan Senen. Pemilik enggan disebutkan namanya, tetapi ia membenarkan jika harga santan kian melonjak.
Penjual di warung nasi padang tersebut mengatakan jika kenaikan harga santan telah dirasakan sejak bulan Ramadan. Imbasnya, harga jual masakan padang di warungnya naik seribu rupiah per porsinya.
"Iya (harga santan kian mahal). Sudah sejak bulan puasa ini. Makanya ini naik seribu," bebernya.
Baca Juga: Pemerintah Masih Godok Regulasi Kelapa Bulat
Lebih lanjut, menilik catatan Kontan, PT Pulau Sambu atau Sambu Group, produsen santan kemasan merek KARA mengatakan pihaknya telah melakukan penyesuaian harga jual santan kemasan sejak terjadi kenaikan harga kelapa bulat.
Bahkan, telah terjadi penurunan jumlah kelapa yang masuk ke pabrik pengolahan Sambu Group. Communication Manager Sambu Group, Dwianto Arief Wibowo menduga bahwa ini disebabkan oleh maraknya ekspor kelapa serta perubahan iklim dan juga serangan hama.
"Untuk harga jual ada penyesuaian tentunya, dikarenakan harga kelapa butir juga mengalami kenaikan,” ujar Dwianto kepada Kontan.co.id, Selasa (22/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News